Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Suku Bunga Deposito Perbankan, Ini Komentar BI

Kompas.com - 18/01/2019, 17:20 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini bank-bank di dalam negeri tengah memasuki era suku bunga tinggi. Perang bunga deposito pun tidak terhindari.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai wajar tren suku bunga deposito yang cenderung tinggi. Menurut dia, ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya rata-rata deposito perbankan dalam negeri.

Salah satunya karena sumber pendanaan atau funding dari perbankan sebagian besar berasal dari ritel.

"Wajar kalau suku bunga deposito itu merespon lebih cepat kenaikan suku bunga BI, karena memang funding perbankan sebagian besar ritel, nah makanya kalau suku bunga BI naik, suku bunga pasar uang naik, ritel funding bank-nya harus naik, kan seperti itu," ujar Perry ketika memberikan penjelasan kepada awak media di kantornya, Jumat (18/1/2019).

Baca juga: Arah Kebijakan Suku Bunga Hampir Capai Puncak, Ini Penjelasan BI

Selain itu, Perry juga mengatakan, upaya BI untuk melonggarkan likuiditas melalui kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) rerata tidak cukup untuk bisa menarik dana masuk ke dalam negeri. Tahun lalu, aliran modal sebagian besar keluar dari Indonesia dan menyebabkan likuiditas rupiah di dalam negeri berkurang.

"Artinya likuiditas bank-bank yang dulunya tidak hanya ritel tapi juga dari luar negeri berkurang," ujar Perry.

Perry mengatakan, perbankan lebih memilih untuk melakukan berbagai efisiensi sehingga bisa menjaga agar suku bunga kredit tetap rendah. Perbankan memilih untuk mengurangi spread atau selisih suku bunga deposito dengan suku bunga kredit.

"Kredit korporasi masih di bawah 10 persen, kalau konsumsi 11 persen, jadi bank-bank lebih banyak meningkatkan efisiensi dan langkah lain sehingga spread suku bunga kredit dan funding menyempit," ujar dia.

Baca juga: OJK Minta Perbankan Tak Buru-buru Respon Kenaikan Bunga Acuan

Sebagai catatan, berdasarkan data indikator likuditas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), rata-rata bunga deposito rupiah (dihitung dengan rata-rata bergerak 22 hari) bank benchmark LPS pada akhir Desember 2018 mencapai 6,15 persen, naik 10 bps dari posisi akhir bulan sebelumnya.

Hal yang sama terjadi pada rata-rata suku bunga minimum yang naik 4 bps ke posisi 4,99 persen dan suku bunga maksimum yang meningkat 16 bps menjadi 7,31 persen. Sementara itu, rata-rata bunga deposito valas industri mengalami kenaikan sebesar 7 bps pada bulan lalu menjadi 1,23 persen.

"BI dan OJK terus koordinasi baik dengan pemantauan secara industri maupun individu, kami akan pastikan likuiditas cukup di pasar uang dan perbrankan," ujar Perry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com