Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasokan SDM Terampil Kurang, Perusahaan Pilih Gunakan Teknologi

Kompas.com - 02/02/2019, 14:34 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Laporan terbaru International Business Report Grant Thornton per kuartal IV 2018 menyebutkan, 40 persen pemimpin bisnis di seluruh dunia mengaku kekurangan pekerja terampil.

Kurangnya SDM terampil ini menjadi kendala bagi pertumbuhan perusahaan, karena mereka tidak dapat meningkatkan kapasitas produksinya. Kesenjangan keterampilan ini terutama untuk SDM baru.

Di sisi lain, perkembangan teknologi yang ada tidak bisa dikejar oleh pekerja baru ini. SDM baru ini kurang punya keterampilan di bidang kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), otomasi, hingga teknologi blockchain.

Menurut Grant Thornton, ketika pekerja baru semakin banyak dan teknologi berkembang pesat, membuat bisnis berada di bawah tekanan lebih tinggi untuk memperoleh pekerja terampil yang diperlukan untuk mendukung perkembangan.

Baca juga: Revolusi Industri 4.0, Kualitas SDM Harus Ditingkatkan

Akhirnya, perusahaan memilih teknologi untuk menekan kurangnya pekerja terampil ini. Misal di bidang keuangan, akuntansi, pemasaran, manufaktur, dan logistik.

Dengan integrasi teknologi dan kecerdasan buatan, pebisnis dapat memprediksi inventaris optimal untuk masing-masing produk mereka. Mereka mengotomatiskan pengambilan keputusan pemasok yang akan dipakai untuk produk apa saja, dan berapa banyak yang perlu dibeli.

Otomatisasi ini mengurangi beban kerja tim, sehingga dapat fokus pada tugas-tugas lain yang lebih rumit, seperti mencari produk baru.

Johanna Gani, Managing Partner Grant Thornton Indonesia, menyebut penggunaan teknologi seperti otomatisasi merupakan solusi sementara sebab pekerja, proses, dan teknologi adalah tiga faktor yang saling terintegrasi dan menggerakkan perusahaan.

Baca juga: Ekonomi Inklusif dan Kualitas SDM Jadi Kunci Membangun Ekonomi Indonesia

Menurut Johanna, jika pelaku bisnis mampu menyeleraskan pengembangan ketiganya, kesenjangan keterampilan akan mampu diatasi.

Meski solusi baru dapat dicari untuk memenuhi kebutuhan bisnis, lanjutnya, Grant Thornton tetap menekankan pentingnya program pembelajaran dan pengembangan keterampilan karyawan.

Johanna mengatakan, pendekatan konvensional untuk mengembangkan kompetensi pekerja masih mutlak dibutuhkan di dunia kerja baik bagi mereka yang akan memasuki dunia kerja maupun yang berpengalaman.

"Hal ini kami yakini akan membantu kesenjangan keterampilan di berbagai level pekerja. Karyawan harus menyadari perlunya belajar sepanjang perjalanan karir mereka dan menjaga keterampilan untuk tetap relevan dengan dunia bisnis saat ini," ujarnya melalui rilis ke Kompas.com, Sabtu (2/2/2019).

Sebagai informasi, Grant Thornton adalah salah satu organisasi global terkemuka yang menyediakan jasa audit, tax, dan advisory. Lebih dari 50.000 tim Grant Thornton ada di lebih dari 135 negara. KAP Gani Sigiro & Handayani adalah anggota firma Grant Thornton di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Penopang

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Penopang

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Whats New
Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Menteri Trenggono Ungkap Ada 5 Perusaahan Vietnam yang Tertarik Investasi Benur

Whats New
Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Stagwell Tambahkan Leverate Group ke Program Global Affiliate

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com