Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menabung di Bank Tak Cukup Untuk Jadi Persiapan Pensiun

Kompas.com - 12/02/2019, 18:45 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tak bisa dipungkiri, kesadaran masyarakat Indonesia untuk menyiapkan tabungan pensiun masih sangat rendah. Padahal, sebagian besar pekerja menginginkan masa tua yang nyaman dan damai.

Head of Sales & Distribution PT Ashmore Asset Management Indonesia Steven Satya Yudha mengatakan untuk bisa aman secara finansial di masa tua tak cukup hanya menabung di instrumen tabungan bank atau deposito saja.

"Kalau dilihat ambisi atau tujuan yang ingin dicapai saat pensiun tinggi, saya pikir instrumen konservatif seperti deposito dan instrumen pasar uang lainnya bukan yang sesuai untuk investasi jangka panjang," ujar Steven di Jakarta, Selasa (12/2/2019).

Dia mencontohkan, melalui instrumen deposito yang ditawarkan perbankan, seseorang memang akan mendapatkan imbal hasil 6 persen sampai 7 persen setiap tahun. Namun, bunga tersebut tak akan bisa menutupi tingkat inflasi gaya hidup yang mencapai 10 persen hingga 20 persen setiap tahunnya.

"Kita terpaku pada angka inflasi yang salah. Kalau diperhatikan kita bicara mengenai pensiun, inflasi yang harus diperhatikan adalah inflasi lifestyle dang angkanya berbeda jauh dengan BPS (Badan Pusat Statistik). Contohnya inflasi pendidikan, kenaikannya kalau di Jakarta bisa 10 persen, ini sudah 3 kali angka BPS (BPS merilis angka inflasi 2018 sebesar 3,13 persen)," ujar Steven.

"Jadi kalau bicara soal inflasi lifestyle seperti pendidikan, properti, dan hal lain yang kaitannya lifestyle inflasi bisa di angka double digit, 10 persen sampai 20 persen. Dan ini jelas bukan angka yang bisa didapatkan dari instrumen investasi konvensional," jelas Steven.

Steven menjelaskan, alokasi investasi harus diutamakan dibandingkan dengan konsumsi harian. Dia beranggapan, pola masyarakat yang umumnya mendahulukan konsumsi dibanding investasi harus diubah agar kehidupan masa tua lebih terjamin.

"Pola kehidupan finansial masyarakat kita 60 persen sampai 70 persennya konsumsi, sehingga yang umum dilakukan belanjna dulu kalau sisa baru investasi. Ini kebiasaan keliru," ujar dia.

Selain merencanakan dana investasi dan tujuan investasi secara matang, masyarakat juga harus bisa memahami risiko investasi dengan baik. Sebab, banyak dari masyarakat Indonesia yang enggan berinvestasi karena takut dengan berbagai risiko yang dihadapi.

Padahal menurut Steven, risiko berinvestasi tak jauh berbeda dengan risiko yang harus dihadapi seseorang ketika harus berbisnis.

"Rata-rata orang Indonesia berani berbisnis tapi tidak berani investasi, ini agak ganjil sebenarnya. Karena kalau kita lihat ketika kita investasi pada instrumen saham, kita membeli satu perusahaan yang sedang melakukan bisnis, ini kan hampir sama dengan kita sendiri yang melakukan bisnis," ujar dia.

Proses investasi untuk menyiapkan dana hari tua juga harus dimulai sendini mungkin, meski jumlah yang diinvestasikan di awal mungkin tak seberapa. Steven mengilustrasikan, jika seseorang berinvestasi dalam jangka waktu 10 tahun hingga 15 tahun lebih cepat dengan jumlah uang seper sepuluh lebih kecil, hasil yang didapatkan akan lebih tinggi jika investasi dilakukan 10 tahun hingga 15 tahun lebih lambat.

Pasalnya, ketika seseorang semakin terlambat melakukan investasi, dia harus mengompensasisksan waktu yang dia buang dengan jumlah investasi yang lebih besar.

"Biasakan ke anak-anak saat mereka sudah bisa make money untuk mulai melakukan plan. Karena memulai sedini mungkin adalah kunci. Warren Buffett saja investasi mulai dari 11 tahun," ujar Steven.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Whats New
Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Whats New
Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Whats New
Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Whats New
LPPI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, Simak Persyaratannya

LPPI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Jadi 'Menkeu' Keluarga, Perempuan Harus Pintar Atur Keuangan

Jadi "Menkeu" Keluarga, Perempuan Harus Pintar Atur Keuangan

Spend Smart
Emiten Perdagangan Aspal SOLA Bakal IPO dengan Harga Perdana Rp 110 Per Saham

Emiten Perdagangan Aspal SOLA Bakal IPO dengan Harga Perdana Rp 110 Per Saham

Whats New
Data Terbaru, Utang Pemerintah Turun Jadi Rp 8.262,10 Triliun

Data Terbaru, Utang Pemerintah Turun Jadi Rp 8.262,10 Triliun

Whats New
Bank Mandiri Genjot Transaksi 'Cross Border' Lewat Aplikasi Livin’

Bank Mandiri Genjot Transaksi "Cross Border" Lewat Aplikasi Livin’

Whats New
Kuartal I Ditopang Pemilu dan Ramadhan, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan?

Kuartal I Ditopang Pemilu dan Ramadhan, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com