Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cegah Kepunahan, Pertamina Lestarikan Tuntong Laut di Aceh Tamiang

Tuntong laut merupakan satwa laut sejenis kura-kura yang merupakan salah satu spesies hampir punah dan tidak ditemukan lagi selama 10 tahun terakhir di wilayah sebarannya seperti di Sumatera Utara, Riau dan Jambi.

Hanya di beberapa daerah satwa ini masih ditemukan dalam jumlah kecil. Salah satunya di perairan hutan bakau Aceh Tamiang.

Semak belukar dengan hutan bakau menjadi pemandangan yang menghiasi pesisir pantai Ujung Tamiang yang menjadi wilayah dan habitat Tuntong laut untuk bertelur.

Mungkin banyak yang tak mengetahui bahwa di wilayah ini ada spesies langka yang hampir punah akibat tangan-tangan tak bertanggung jawab yakni pemburu telur Tuntong laut.

Selain menjadi konsumsi masyarakat sekitar, telur Tuntong laut juga diperjualbelikan sebagai salah satu sumber ekonomi masyarakat selain hasil laut lainnya.

Kini ada sekelompok penggiat lingkungan beranggotakan 7 orang, melakukan patroli menyelamatkan telur-telur tuntong dari serangan binatang liar seperti babi hutan atau perburuan manusia.

Perjalanan patroli dilakukan saat malam hari, selain ancaman binatang buas, gelapnya malam menjadi keseharian mereka menyusuri tempat-tempat bertelurnya Tuntong laut.

Selain melakukan patroli terhadap telur Tuntong laut, mereka juga melakukan pendataan dan mengembalikan Tuntong betina ke perairan setelah bertelur di pesisir.

Para penggiat tersebut merupakan warga setempat, salah satunya Abu Bakar, yang dahulu merupakan pemburu telur Tuntong sejak tahun 1985.

Abu Bakar seakan menjadi komandan dalam pelestarian Tuntong laut, dirinya tersadar bahwa binatang tersebut sudah hampir punah dan perlu dilestarikan sebagai bagian kesadaran manusia untuk menjaga alam.

Selain tersadar, dirinya dan bersama tim penggiat alam juga melakukan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar untuk tidak memburu telur Tuntong karena terancam punah.

Abu Bakar menjelaskan, saat ini sumber ekonomi dirinya dan masyarakat sekitar tak lagi dipenuhi dari jual beli telur Tuntong tetapi dengan bertani atau bercocok tanam.

"Awal saya berburu Tutong tahun 1985, lalu tahun 1998 sudah tidak ada telur Tuntong, tahun 2000-2004 saya tidak berburu setelah itu pada 2009 kami mulai diajak menyelamatkam habitat ini. Kemudian tahun 2010 kami survei induk 9 ekor. Tutong dan mulai tahun 2011 cari telur sampai sekarang," ujarnya di Aceh Tamiang, Kamis (3/8/2017).

Abu Bakar bercerita dua hari sebelumnya, dirinya bersama dengan tim penggiat lingkungan menemukan Tuntong betina yang terdampar di pesisir pantai ujung Tamiang. Kondisinya agak lemah. Sehingga untuk sementara dipulihkan, untuk dilepaskan kembali ke habitatnya asalnya.

Sebelum dilepas Tuntong betina dengan ciri batok kelapa berwarna hitam polos itu didata. Dengan panjang badan 53 centimeter dan berat 18.10 kilogram. Menurut Abu Bakar, indukan dewasa sekali bertelur bisa mencapai 25 butir.

"Telurnya sebesar telur bebek. Biasanya disimpan dalam lubang pasir sedalam 10 -18 cm," jelasnya.

Usai didata, Tuntong betina tersebut diberikan microchip dengan cara disuntikkan di kaki belakang sebelah kiri, untuk dipantau mobilitas dan pergerakkannya.

Sejak tahun 2013 sampai saat ini, telah ada 73 Tuntong betina dewasa telah dikembalikan ke habitatnya dan 1.204 ekor anak Tuntong dilepasliarkan setelah telur ditetaskan.

Kegiatan pelestarian Tutong laut oleh Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia itu didukung oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam setempat dan PT Pertamina EP Asset 1 Rantau Field dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) bidang lingkungan.

Sejak saat itu, kegiatan mereka tak terbatas pada patroli pengamanan dan penetasan telur, namun juga pembesaran dan pelepasan tukik, sosialisasi pelestarian satwa liar, pemantauan populasi dan penelitian genetika. 

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/03/090000026/cegah-kepunahan-pertamina-lestarikan-tuntong-laut-di-aceh-tamiang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke