Salah dokter, dr HN Nazar menceritakan bahwa kondisi begitu normal setelah pesawat lepas landas, tidak ada kejadian menonjol yang terjadi.
dr Nazar dan beberapa rekan dokter lainnya menikmati perjalanannya menuju Jakarta selepas tugas belajar di Samarinda. Perjalanan tersebut memakan waktu sekitar 2 jam.
Namun, saat pesawat berada di udara selama 46 menit dan mencapai ketinggian maksimum, terdengar pengumuman dari awak pesawat.
Awak pesawat meminta bantuan kepada penumpang lain yang berprofesi dokter untuk menangani salah satu penumpang yang sedang sakit.
Mendengar pengumuman tersebut, dr Nazar dan rekan dokter lain langsung menghampiri awak kabin dan menemui penumpang yang sakit.
dr Nazar menemukan penumpang tersebut sudah tidak sadarkan diri dan tergeletak di kursi.
"Kami langsung memeriksa. Kami periksa denyut nadi tidak teraba," kata dr Nazar, saat ditemui di Kantor Kementerian Perhubungan Jakarta, Senin (7/8/2017).
"Dengan keadaan begitu langsung kaki penumpang tersebut kami tinggikan untuk mengenjot jantung penumpang tersebut," ujar dr Nazar.
Dokter ahli bedah di Rumah Sakit Sentra Medika Depok ini menuturkan, kemungkinan penumpang tersebut tidak sadarkan diri karena kelelahan, kemudian mengkonsumsi obat.
Selain itu, fisik penumpang tersebut juga lemah. Buktinya pada saat pengecekan tekanan darah pun rendah hanya 80/50.
dr Nazar dan rekan-rekannya menangani penumpang tersebut sekitar 10 menit. Hingga akhirnya penumpang sadar kembali.
Setelah sadar, penumpang pun langsung diberikan oksigen untuk bantuan penapasan. Si penumpang menuturkan dia kelelahan setelah meninjau areal tambang di Kaltim.
Setelah mendarat, Nazar dan rekan dokter langsung menyerahkan penumpang yang sakit ke petugas medis di Bandara Soekarno-Hatta.
"Untungnya penanganan penumpang dapat tertangani dengan baik. Jika tidak, maka akan berakibat fatal, penumpang bisa meninggal dunia jika tidak tertangani," kata dr Nazar.
Perlengkapan Medis di Pesawat
dr Nazar menilai perlengkapan medis pertolonganan pertama yang terdapat di pesawat, dalam hal ini yakni Garuda Indonesia, sudah mencukupi. Misal, tersedia kotak P3K, gunting, hingga tabung gas yang membantu penumpang yang sakit untuk bernafas.
Namun, masih perlu sejumlah perlengkapan lain untuk mendukung pertolongan pertama ketika terdapat penumpang yang merasa sakit dan tidak sadarkan diri. Salah satunya yakni alat infus.
"Pertolongan pertama, dia butuh cairan. Nah itu, fasilitas cairan yang harus dibutuhkan, salah satunya infus. Akan tetapi saya rasa perlengkapan sudah medis di pesawat sudah cukup," pungkas dr Nazar.
Atas jasanya tersebut, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi memberikan penghargaan kepada para dokter tersebut di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (7/8/2017).
Para dokter tersebut yakni dr Nazar, dr Didik K Wijayanto, dr Suhara Manullang, dan dr Fika Ekayanti.
(Baca: Awak Pesawat Harus tahu Penanganan Darurat Medis Saat Penerbangan
Menhub Budi Karya Sumadi juga meminta kepada para awak pramugari dan pramugara maskapai penerbangan agar mengetahui penanganan darurat medis di dalam pesawat.
Hal tersebut, diperlukan agar awak maskapai dapat menangani pertolongan pertama saat adanya penumpang yang tiba-tiba sakit selama penerbangan.
"Dunia aviasi sangat syarat dengan layanan. Layanan yang baik adalah suatu keharusan. Sekali berbuat salah bisa fatal. Pramugara dan pramugari harus bertindak secara tepat pada saatnya," ujar dia.
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/07/163449226/cerita-dokter-bantu-sadarkan-penumpang-sakit-di-penerbangan-garuda