Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Begini Cara Pemerintah Wujudkan Indonesia Menjadi Lumbang Pangan Dunia

KOMPAS.com- Kementerian Pertanian (Kementan) sudah mencanangkan bahwa Indonesia menjadi lumbung pangan dunia. Pemerintah menargetkannya pada 2045.

Kementan akan menempatkan petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian untuk mewujudkan target itu.  

Kementan hadir sebagai fasilitator pembangunan yang berperan untuk memberdayakan dan mendukung petani secara maksimal.

“Kementan mendorong partisipasi aktif petani dalam mencapai swasembada pangan seraya meningkatkan kesejahteraan mereka,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Suwandi sebagaimana rilis yang diterima Kompas.com pada Jumat (11/8/2017).

Baca: Mentan Target Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia di 2045

Kementan menempatkan swasembada pangan dan peningkatan kesejahteraan petani sebagai dua tujuan utama yang saling terkait. Program mencapai swasembada pangan sejalan dengan upaya peningkatan kesejahteraan petani.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Kementan menjalankan pendekatan bottom-up planning dimulai dengan identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi petani di lapangan. Temuan itu sebagai bagian penting dalam perumusan kebijakan dan program pembangunan pertanian.

Karena itu, kebijakan dan program yang dijalankan Kementan didasarkan pada kondisi lapangan dan dilakukan melalui pendekatan kesisteman (system approach).

Selain pendekatan kesisteman tersebut, pemerintah akan merevisi regulasi yang menghambat, membangun infrastruktur, mekanisasi pertanian, melakukan perbaikan teknis produksi, menjalankan pendampingan dan penguatan SDM, penanganan pascapanen, serta pengendalian harga adalah parameter pengungkit yang mendapat prioritas dalam penyusunan program terobosan sesuai kebutuhan lapang.

Inovasi untuk dorong produktivitas

Dalam upaya mendongkrak produktivitas pangan nasional, Kementan juga senantiasa mendorong berbagai inovasi di sektor pertanian.

Pengembangan inovasi yang dikembangkan oleh Kementan memiliki syarat penting yaitu memenuhi unsur pemenuhan kebutuhan petani sebagai pengguna inovasi dan pelaku utama pertanian secara spesifik lokasi.

“Untuk itu, Kementan melalui Badan Litbang Pertanian melakukan pengkajian untuk memastikan inovasi yang dikembangkan Kementan, baik berupa varietas unggulan, metode budidaya, maupun penanganan hama, memang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan petani,” ucap Suwandi.

Ia mengatakan keberhasilan Indonesia meningkatkan produktivitas padi pada tiga tahun terakhir tidak bisa dilepaskan dari pengembangan inovasi yang bersumber dari identifikasi terhadap kebutuhan petani tersebut.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2015, produksi gabah kering giling (GKG) mencapai 75,55 juta ton. Angka ini meningkat 4,66 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 70,85 juta. Sedangkan, produksi pada 2016 mencapai lebih dari 79 juta ton.

Peningkatan produtivitas beras merupakan hasil dari inovasi yang dikembangkan Kementan dalam memecahkan permasalahan paceklik permanen. Persoalan produksi beras terjadi karena luas tanam bulanan padi pada Juli sampai September hanya berada kisaran 500 – 600 ribu hektar.

Kementan melakukan terobosan dengan menjaga luas tanam bulanan padi pada Juli-September minimal 900 ribu hektar.

Untuk mendukung program peningkatan produktivitas padi, Kementan mengerahkan aparaturnya di 30 Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian (BPTP) turun ke lapangan.

Mereka bekerja sama dengan dinas pertanian provinsi, dinas pertanian kabupaten, penyuluh, dan Babinsa untuk memonitor luas tambah tanam (LTT) padi di seluruh Indonesia setiap harinya.

Selain memonitor LTT, aparatur BPTP juga turut mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi petani di lapangan.

Sementara itu, peningkatan produktivitas pangan secara langsung berimbas kepada peningkatan kesejahteraan petani. Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik, Gini Rasio di desa pada 2016 menurun sebesar 0.007 dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain itu, Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) meningkat masing-masing 0,18 persen (101,7) dan 2,47 persen (109,8). "Saya optimistis visi Indonesia sebagai lumbung pangan dunia tercapai," kata Suwandi.
   

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/11/184015226/begini-cara-pemerintah-wujudkan-indonesia-menjadi-lumbang-pangan-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke