Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Asumsi Inflasi dan Return Reksa Dana Dalam Perencanaan Keuangan (2)

Di sisi lain, sebagai instrumen investasi kita tidak dapat menentukan return-nya.

Pada artikel sebelumnya, telah dibahas mengenai penentuan asumsi inflasi dalam menghitung perencanaan keuangan yaitu antara 4-6 persen untuk inflasi secara umum dan 7-10 persen untuk inflasi barang-barang tersier.

Baca: Asumsi Inflasi dan Return Reksa Dana Dalam Perencanaan Keuangan (1)

Pembahasan mengenai asumsi return reksa dana sebenarnya juga sudah pernah dibahas dalam artikel terdahulu.

Jika dirangkum kembali, asumsi return untuk masing-masing reksa dana berdasarkan kinerja historis adalah sebagai berikut :

• Reksa Dana Pasar Uang di kisaran 5-6 persen
• Reksa Dana Pendapatan Tetap di kisaran 7-10 persen
• Reksa Dana Campuran di kisaran 11-16 persen
• Reksa Dana Saham di kisaran  15-20 persen

Jika dilihat angka di atas, asumsi return untuk reksa dana campuran dan saham sangat lebar. Hal ini mengacu pada data kinerja historis dan memang terdapat reksa dana campuran yang kinerja dan komposisinya menyerupai reksa dana saham.

Asumsi yang lebar bisa menimbulkan masalah dalam melakukan perencanaan keuangan. Sebagai contoh, untuk bisa memperoleh Rp 1 M dalam 10 tahun, dengan asumsi return 15 persen diperlukan investasi senilai Rp 247 juta saat ini.

Namun dengan asumsi 20 persen, nilai kebutuhan investasi yang dibutuhkan adalah Rp 161 juta. Terdapat perbedaan sebesar Rp 86 juta.

Dengan menggunakan strategi investasi berkala, perbedaannya juga bisa menjadi cukup besar. Dimana untuk mencapai Rp 1 miliar dalam 10 tahun, kebutuhan investasi bulanan dengan asumsi return 15 persen adalah Rp 3,8 juta per bulan dan menjadi Rp 2,9 juta per bulan jika menggunakan asumsi 20 persen.

Dalam membuat perencanaan keuangan, adalah lebih baik membuat perhitungan dengan asumsi yang konservatif dan baru kemudian mengharapkan yang terbaik.

Sebab dengan persiapan yang lebih baik, seandainya terjadi hal yang di luar dugaan, setidaknya masih ada kemungkinan tujuan bisa tercapai walaupun membutuhkan nilai investasi yang lebih besar.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka asumsi yang dipergunakan untuk perhitungan perencanaan keuangan adalah 5 persen untuk reksa dana pasar uang, 7 persen untuk reksa dana pendapatan tetap, 11 persen untuk reksa dana campuran dan 15 persen untuk reksa dana saham.

Memahami Adanya Risiko

Penggunaan asumsi return dalam reksa dana tidak dipisahkan dari faktor adanya risiko. Risiko bukan hanya terjadinya kerugian tetapi juga tingkat return yang positif tetapi tidak mencapai tingkat return yang diharapkan.

Kata “asumsi return 15 persen per tahun” untuk reksa dana saham bagi orang awam seolah-olah akan untung 15 persen setiap tahun. Hal ini sangat tidak tepat. Yang lebih benar adalah angka tersebut diperoleh dari rata-rata kinerja reksa dana saham secara historis.

Ada tahun-tahun dimana tingkat return reksa dana saham sama atau lebih tinggi dari 15 persen, ada juga tahun-tahun dimana returnnya di bawah 15 persen atau bahkan mengalami kondisi kerugian. Rata-rata dari kinerja selama bertahun-tahun itulah diperoleh angka kisaran 15 persen.

Terjadinya tingkat return di bawah ekspektasi dapat disebabkan karena berbagai hal mulai dari kinerja pasar negatif dan atau kinerja manajer investasi yang tidak sesuai dengan pasar. Ketika pemilihan sahamnya kurang tepat, kinerja reksa dana dapat negatif walaupun saham secara umum naik.

Hal yang sama juga dapat terjadi pada reksa dana pasar uang, pendapatan tetap dan campuran walaupun dalam tingkatan yang lebih kecil.

Risiko dalam investasi merupakan hal yang tidak dapat terhindarkan. Investor dan perencana keuangan bisa meminimalkan dampak dari risiko tersebut dengan berbagai cara seperti melakukan investasi secara berkala, melakukan diversifikasi pada beberapa jenis reksa dana, melakukan “market timing” dalam berinvestasi, dan atau berinvestasi dalam jangka panjang.

Jangka waktu investasi yang panjang tidak akan menghilangkan efek dari risiko, namun setidaknya akan meminimalkan efeknya. Untuk reksa dana pasar uang, waktu 1 tahun sudah cukup, reksa dana pendapatan tetap 1-3 tahun, reksa dana campuran 3-5 tahun dan reksa dana saham lebih dari 5 tahun.

Walaupun semua upaya sudah dilakukan, tetap tidak menjamin kinerja reksa dana akan sesuai harapan karena bisa jadi kondisi perekonomian pada waktu perencanaan keuangan dilakukan tidak berjalan dengan baik sehingga kinerja dari instrumen investasi tidak sesuai dengan harapan terutama untuk jenis saham.

Adalah sangat penting untuk memahami dan menerima adanya risiko dalam perencanaan keuangan dan investasi sehingga masyarakat lebih siap menghadapinya ketika kondisi tersebut benar-benar terjadi.

Bagaimana jika merasa tidak nyaman dengan risiko? Tidak apa-apa, terdapat pilihan produk yang risikonya sangat kecil seperti tabungan dan deposito begitu pula dengan hasilnya. Pada prinsipnya, High Risk High Return, Low Risk Low Return, No Risk ya.. No Return.

Semoga bermanfaat

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/15/122007226/asumsi-inflasi-dan-return-reksa-dana-dalam-perencanaan-keuangan-2-

Terkini Lainnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Whats New
Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

Whats New
SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke