Semester I, Pendapatan Pertamina Mencapai 20,5 Miliar Dolar AS

Direktur Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, pertumbuhan pendapatan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan harga minyak mentah lndonesia (lndonesia crude price/lCP) yang mencapai 48,9 dolar AS per barel sepanjang semester I 2017.

"Pada semester I 2017, kondisi lingkungan eksternal masih sangat 'volatile' dengan tren harga minyak dunia yang terus meningkat," kata Elia, Rabu (16/8/2017).

Elia menjelaskan, pada satu sisi, kenaikan harga minyak mentah menjadi insentif bagi bisnis hulu. (Baca: Luhut Optimistis Pertamina Akuisisi 2 Lahan Minyak di Iran)

Namun di sisi lain, kenaikan harga minyak mentah tersebut juga berpengaruh pada peningkatan beban pokok penjualan di sektor hilir.

Hal ini banyak berdampak pada perolehan laba bersih perusahaan. Adapun laba bersih perseroan pada semester pertama 2017 sebesar 1,4 miliar dolar AS. "Angka ini turun 24 persen dibandingkan semester I 2016," kata Elia.

Adapun beberapa kinerja operasional yang tumbuh lebih tinggi dibanding semester pertama 2016, seperti peningkatan sekitar 8 persen pada sektor hulu, produksi minyak, dan gas bumi (migas).

Kenaikannya menjadi 692.000 barel setara minyak per hari (MBOEPD) sepanjang semester I 2017. Kenaikan produksi migas itu terdiri dari minyak yang meningkat 12 persen menjadi sebesar 343 MBOPD pada semester I 2017.

Kemudian gas bumi, naik 4 persen sebesar 2.022 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) pada semester I 2017 dibandingkan semester I 2016.

Untuk kinerja pengolahan pada semester I 2017, total intake terealisasi 157,06 juta barel (MMBbl), total output 148,6 MMBbl, volume valuable product 122,64 MMBbi, dan yield valuable product to total intake 78,09 persen.

Sedangkan kinerja gas sepanjang semester I 2017 untuk transportasi tercatat 253,1 miliar kaki kubik (BSCF) dan penjualan gas alam cair (LNG) terealisasi 258,01 juta MMBTU.