Bank Mandiri Targetkan Pertumbuhan Kredit Hingga 13 Persen Tahun Ini

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo menuturkan, perlambatan pertumbuhan kredit tidak semata-mata disebabkan suku bunga. Akan tetapi, permintaan kredit juga masih melambat.

(Baca: Bank Mandiri Terbitkan E-Money Edisi Khusus Asian Games)

Selain itu, penghapusbukuan atau write off kredit bermasalah juga masih tinggi. Apabila tidak dimasukkan komponen hapus buku, maka pertumbuhan kredit sebenarnya bisa lebih kuat, yakni sekitar 9 sampai 10 persen.

"Demand (permintaan) kredit di-drive (didorong) tiga segmen besar. Korporasi demand setahun terakhir sudah membaik, khususnya korporasi yang terkait komoditas, khususnya sawit," ujar Kartika di Jakarta, Senin (21/8/2017).

Adapun segmen ritel juga terpantau membaik, terlihat dari kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor. Namun, yang masih agak tertahan pertumbuhannya adalah di segmen menengah dan UKM.

Dengan siklus perekonomian yang cenderung belum terlalu bergairah, terjadi konsolidasi dan perbaikan arus kas maupun ekspansi pada segmen menengah dan UKM.

Akan tetapi, imbuh Kartika, segmen tersebut diprediksi akan membaik pada tahun 2018.

Dengan memandang kondisi tersebut, Bank Mandiri tidak melakukan revisi pada pertumbuhan kreditnya. Kartika menuturkan, perseroan tetap menargetkan pertumbuhan kredit berkisar antara 11 sampai 13 persen.

"Kisaran 11-13 persen, tidak ada perubahan dari RBB (Rencana Bisnis Bank) awal," ujar Kartika.

Per Juni 2017, pertumbuhan kredit Bank Mandiri tercatat sebesar 11,6 persen (yoy) menjadi Rp 682 triliun. Ekspansi kredit mendorong aset perseroan menjadi Rp 1.067,4 triliun hingga akhir Juni 2017.

Bank Mandiri pun mencatatkan laba bersih sebesar Rp 9,5 triliun pada semester I 2017. Angka ini tumbuh 33,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.