Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pertumbuhan Ekonomi India Turun Tajam ke 5,7 Persen

Selain itu, angka tersebut juga merupakan rekor terendah dalam tiga tahun. Perlambatan ekonomi tersebut telah membuat India tidak lagi menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi terpesat di dunia.

Mengutip CNN Money, Jumat (1/9/2017), penyebab utama perlambatan ekonomi India adalah reformasi besar yang dilakukan Perdana Menteri Narendra Modi.

Tahun lalu, Modi menarik 86 persen uang yang beredar di nefgara tersebut. Selain itu, Modi juga memperkenalkan pajak pertambahan nilai (PPN) atas barang dan jasa.

(Baca: Lewat Foto Instagram, India Kejar Wajib Pajak)

"Ada pukulan besar terhadap pertumbuhan (ekonomi) yang disebabkan perubahan yang bersifat disruptif. Awalnya ada penarikan uang kertas, lalu saat ini dampak PPN mulai memukul dan tampaknya akan bertahan selama beberapa kuartal," kata Anubhuti Sahay, kepala riset Asia Selatan di Standard Chartered.

Penerapan PPN menandai perubahan signfikan pada sistem perpajakan India. Pajak ini menggantikan jaringan rumit tarif lokal dan menyatukan 29 negara bagian di India menjadi pasar tunggal untuk pertama kalinya.

Awalnya, kebijakan itu diekspektasikan bakal mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun, kalangan ekonom memprediksi adanya disrupsi selama berbulan-bulan sejalan dengan kalangan usaha yang beradaptasi dengan sistem baru dan semakin banyak orang yang masuk ke sistem perpajakan.

(Baca: India Lakukan Reformasi Pajak Terbesar dalam 70 Tahun)

Sementara itu, penarikan uang kertas telah memicu perlambatan ekonomi India menjadi 6,1 persen pada kuartal I 2017.

Sebelumnya pada kuartal IV 2016, pertumbuhan ekonomi India mencapai 7 persen. Modi menerapkan penarikan seluruh uang kertas pecahan besar, yakni 500 dan 1.000 rupee dari pasaran pada November 2016 lalu.

Penarikan ini memicu kekacauan, lantaran jutaan warga India harus antri untuk menukarkan uang mereka dan kegiatan ekonomi India terpaksa stagnan.

Kalangan pakar menyatakan, pemerintah India harus dengan cepat menunjukkan dampak demonetisasi tersebut.

"Dampak negatif demonetisasi akan berlangsung lama untuk tahun depan, atau bahkan lebih lama," ujar Pronab Sen, kepala bagian India di International Growth Center. 

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/09/01/124800026/pertumbuhan-ekonomi-india-turun-tajam-ke-57-persen

Terkini Lainnya

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke