Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kementan Akui Program Diversifikasi Pangan Masih Sebatas Kampanye

"Selama ini yang kami lakukan hanya kampanye, hanya gerakan, kemudian gebyar, setelah kampanye selesai, tidak ada program yang sustainable mengenai bagaimana program diversifikasi pangan," ujar Agung di Gedung Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (24/10/2017).

Menurutnya, program diversifikasi pangan perlu dilaksanakan saat ini sebagai salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras karbohidrat dan terigu.

"Pertama kurangi ketergantungan, kedua adalah untuk memberikan makanan atau nutrisi yang bergizi dan aman untuk masyarakat," kata Agung.

(Baca: Kem)entan Ungkap Penyebab Harga Cabai Kerap Bergejolak

Menurut Agung, saat ini program diversifikasi pangan telah dijalankan di beberapa wilayah meskipun belum skala besar.

Salah satunya diversifikasi pangan berbasis sorgum di Demak Jawa Tengah dan Larantuka Nusa Tenggara Timur, kemudian sagu di Kehiran Papua, dan jagung di Kupang Timur, serta hanjeli di Sumedang, dan ubikayu di Cimahi.

Sementara itu, Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Hasil Sembiring mengatakan, program diversifikasi pangan perlu dilaksanakan secara intensif di Indonesia, sebab kedepan produksi beras akan semakin memiliki tantangan yang besar, mulai dari ketersediaan lahan, hingga iklim dan cuaca.

"Diversifikasi pangan sudah keharusan, dan aturannya sudah ada, saya kira ini kebijakan tepat, karena kalau tidak tekanan kita untuk produksi beras akan semakin berat," kata Hasil.

Hasil menyatakan, jika diversifikasi pangan mampu dilaksanakan maka cepat atau lambat konsumsi beras akan semakin menurun. "Jika diversivikasi pangan di dorong maka konsumsi beras akan menurun," jelas Hasil.

Berdasarkan Kementan, hingga tahun 2017 tren konsumsi beras nasional terus mengalami penurunan.

Pada tahun 2010 tren konsumsi beras di Indonesia mencapai 130 kilogram per kapita per tahun, dan tahun 2014 mencapai 124 kilogram per kapita per tahun, kemudian tahun 2017 mencapai 117 kilogram per kapita per tahun.

Kendati demikian, angka tersebut masih jauh dibawah konsumsi negara-negara Asia, seperti Korea Selatan 40 kilogram per kapita per tahun, Jepang 50 kilogram per kapita per tahun, Malaysia 80 kilogram per kapita per tahun, dan Thailand 70 kilogram per kapita per tahun.

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/24/145940626/kementan-akui-program-diversifikasi-pangan-masih-sebatas-kampanye

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke