Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menyeimbangkan Pembangunan di Indonesia Barat dan Timur

JAKARTA – Peringatan Hari Internet Sedunia dirayakan tiap 29 Oktober. Sebagaimana informasi dari laman theinternetday.com, penetapan tanggal tersebut dilakukan sejak 2005.

Peringatan tahun ini, di Indonesia, diharapkan menjadi momentum bagi pemerintah untuk membenahi prioritas infrastruktur industri information, communication, and technology (ICT), sebagaimana rilis yang diterima Kompas.com, hari ini. Prioritas pembangunan infrastruktur ICT antara fixed dan mobile broadband harus berjalan paralel agar menciptakan sinergi dalam mencapai akselerasi pertumbuhan menuju revolusi digital yang digagas Presiden Joko Widodo.

Penilaian itu disampaikan oleh Ketua Mastel Institute yang juga mantan komisioner BRTI Nonot Harsono saat dihubungi di Jakarta.

"Pembangunan ribuan BTS untuk mobile broadband dengan pembangunan fixed access ke setiap rumah harus berjalan pararel. Sekarang kan belum, regulasi masih kurang menata jaringan kabel. Banyak pemain tapi tidak tertata siapa bangun apa dan di mana,” ujarnya.

Menurut dia, pembangunan kedua jaringan infrastruktur itu perlu ditata agar terpadu dan saling mendukung pemerataan. Jangan sampai di satu daerah, infrastruktur jaringan internet berlebih dan di daerah lainnya justru kurang.

Merespons hal itu, Plt Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Noor Iza menjelaskan saat ini penetrasi infrastruktur pita lebar akses jaringan internet kecepatan tinggi yang bergerak (mobile broadband) jaringan 4G secara nasional telah menjangkau 57,97 persen kabupaten dan kota. Sementara, infrastruktur pita lebar jaringan internet kecepatan tinggi yang tetap (fixed broadband) hingga akhir 2015 secara nasional baru menjangkau 400 kabupaten dan kota.

Noor Iza mengakui 62,35 persen pengguna internet di Indonesia lebih sering mengakses internet dari rumah dibandingkan dari tempat umum atau kantor, menurut data dari Mastel dan Asosiasi Penyedian Jasa Internet Indonesia (APJII).

"Secara tren juga bisa dilihat, kebutuhan masyarakat untuk konten-konten video dan layanan streaming sudah semakin marak. Oleh karena itu, sudah barang tentu jaringan fixed broadband (fiber optic) ke rumah (fixed to the home/FTTH) menjadi suatu kebutuhan untuk menopang digital life, sebagai komplementer jaringan seluler,” ucapnya.

Fiber optik

Di sisi lain, Joseph Lembayung, pimpinan salah satu anggota APJII yang bergerak di bidang pembangunan infrastruktur., menilai pembangunan infrastruktur ICT lebih memadai di wilayah Indonesia bagian barat ketimbang di wilayah bagian timur.

Hal ini mengacu pada sebuah riset terkait pembangunan infastruktur jaringan internet di Indonesia yang dilakukan APJII bekerja sama dengan Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia (Puskakom UI).

“Kehadiran teknologi yang super canggih seperti fiber optik sebenarnya bisa menjadi salah satu solusi pemerataan infrastruktur jaringan internet di Indonesia,” ujarnya.

Dia menambahkan kondisi geografis Indonesia yang luas, berkepulauan, pegunungan, perbukitan, dan pepohonan masih menjadi salah satu hambatan untuk memeratakan infrastruktur jaringan internet di seluruh Indonesia. Namun, penggunaan fiber optik dapat menjadi solusinya karena dapat terpasang di bawah laut sehingga mempermudah pembangunan di wilayah kepulauan Indonesia.

Sementara untuk masyarakat perkotaan, lanjut Joseph, jaringan internet FTTH sudah menjadi tren yang berkembang pesat. Layanan jaringan internet FTTH yang cepat, lancar, dan stabil dinilai cocok untuk masyarakat perkotaan guna mendukung bisnis mereka.

“Kita lihat dewasa ini bisnis jual-beli baik barang maupun jasa online bisa dilakukan dari rumah,” paparnya.

Bukan hanya untuk keperluan bisnis, Joseph menilai, peran jaringan internet FTTH bisa membantu generasi bangsa memperoleh bahan pengajaran yang tidak terbatas. Munculnya FTTH ini juga bukan semata-mata sebagai produk yang tinggal pakai saja.

Akan tetapi, dengan mengajak generasi bangsa mengenal, mempelajari seluk beluk jaringan internet, seperti fiber optik, FTTH dan lainnya bisa melahirkan ahli atau pakar baru yang bisa memajukan kualitas Indonesia dan siap bersaing di mancanegara.

Daya saing

Praktisi dan pengamat ICT Hermawan Sutanto juga menilai percepatan pengembangan infrastruktur internet di Indonesia sudah selayaknya didorong untuk meningkatkan daya saing nasional.

“Sebagai perbandingan, kecepatan rata-rata internet di Indonesia adalah 6,4 Mbps, masih jauh dari kecepatan pita lebar di Korea yang memimpin dengan 26,3 Mbps. Ini memperlihatkan daya saing kita masih di bawah Korea,” tuturnya.

Menurut dia, jika kecepatan data internet bertambah, manfaat positif akan sangat dirasakan di sektor terutama pendidikan. “Pertumbuhan bidang pendidikan juga akan terakselerasi. Warganet di Indonesia bisa mengakses materi-materi pelajaran dan kuliah-kuliah dengan cepat,” katanya.

Salah satu operator telekomunikasi yang siap mengakselerasi pertumbuhan FTTH adalah Indosat Ooredoo yang merilis produk GIG. Memaksimalkan peluang di pasar FTTH,GIG berkolaborasi dengan mitra produk internet internasional memberikan paket terintergrasi dengan berbagai perangkat sesuai dengan kebutuhan untuk menambah kualitas pengalaman digital di rumah.

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/11/07/174343826/menyeimbangkan-pembangunan-di-indonesia-barat-dan-timur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke