Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Di Depan Jokowi, Ketua OJK Yakin Pertumbuhan Ekonomi Tembus 5,4 Persen

Mengenakan pakaian batik bercorak coklat, Presiden Jokowi hadir bersama dengan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan beberapa menteri kabinet kerja.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, saat ini merupakan momentum yang tepat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional di tengah kondisi makroekonomi dan sektor jasa keuangan yang kondusif.

“Kami yakin sektor jasa keuangan mampu mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4 persen,” kata Wimboh.

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi 2018 akan didukung oleh solidnya indikator sektor jasa keuangan baik dari sisi pemodalan dan likuiditas, maupun tingkat risiko yang terkendali.

Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan mencapai 23,36 persen. Sementara itu, Risk-Based Capital (RBC) industri asuransi umum dan asuransi jiwa juga berada di level tinggi, yaitu 310 persen dan 492 persen.

Adapun tingkat risiko kredit perbankan pun terkendali, dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) 2,59 persen gross dan 1,11 persen net, dengan tren yang menurun. Rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan juga mengalami penurunan menjadi 2,96 persen.

Kredit perbankan sampai Desember 2017 tercatat sebesar Rp 4.782 triliun atau tumbuh 8,35 persen secara tahunan (yoy).

Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tercatat sebesar Rp 5.289 triliun, tumbuh 9,35 persen (yoy). Pertumbuhan intermediasi perbankan juga diikuti dengan tren penurunan suku bunga, di mana sepanjang tahun 2017, suku bunga deposito turun sebesar 65 basis poin (bps) dan suku bunga kredit turun 77 bps.

"Kuatnya tingkat permodalan, ketersediaan likuiditas yang memadai, serta terkendalinya tingkat risiko memberikan landasan yang kuat bagi sektor jasa keuangan untuk lebih proaktif dalam menyediakan sumber pendanaan untuk mendorong percepatan pertumbuhan perekonomian domestik," ungkap Wimboh.

Adapun OJK memperkirakan kredit dan DPK perbankan berpotensi untuk tumbuh di kisaran 10 sampai 12 persen tahun ini. Optimisme untuk memacu pertumbuhan turut diperlihatkan pula oleh pelaku industri jasa keuangan, sebagaimana tercermin dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun 2018.

Pelaku industri jasa keuangan menargetkan ekspansi kredit dan DPK masing-masing sebesar 12,23 persen dan 11,16 persen.

Wimboh mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi tahun 2017 di prediksi mencapai 5 sampai 5,1 persen, hal itu didukung oleh nilai tukar upiah yang stabil, inflasi yang rendah sebesar 3,61 persen year on year.

"Keseimbangan eksternal yang membaik ditandai oleh surplus neraca perdagangan 11,8 miliar dollar AS, defisit APBN yang terkendali sebesar 2,42 persen terhadap PDB, dan kecenderungan suku bunga yang terus menurun," kata Wimboh.

Kemudian, sepanjang tahun 2017,  suku bunga deposito telah turun 65 basis poin (bps) dan suku bunga kredit turun 77 bps. Begitu pula reformasi struktural yang dilakukan pemerintah, telah berhasil meningkatkan kepercayaan investor.

"Selama tahun 2017, kepercayaan itu ditunjukkan oleh arus dana masuk yang cukup besar ke pasar modal domestik," paparnya.

Sementara itu, pergerakan IHSG juga dalam tren yang meningkat dan tumbuh 20 persen pada tahun 2017, serta ditutup pada level tertinggi sepanjang sejarah yaitu 6.355,65.

Pertumbuhan IHSG ini lebih tinggi dari pertumbuhan indeks saham Singapura, Thailand dan Malaysia.

Dengan ini, OJK optimis pertumbuhan ekonomi di tahun 2018 ini akan mencapai 5,4 persen. "Pertumbuhan ekonomi domestik ini juga sejalan dengan pemulihan kondisi ekonomi global," kata Wimboh.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/18/204200326/di-depan-jokowi-ketua-ojk-yakin-pertumbuhan-ekonomi-tembus-54-persen

Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke