Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kompetisi Pajak, Indonesia Bisa Menang dari AS?

Termasuk di Indonesia, pengaruh reformasi pajak AS dapat menyebabkan investor di Tanah Air mengalihkan dananya ke AS karena lebih kompetitif.

Lantas, bisakah Indonesia memenangkan kompetisi pajak dengan AS?

Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo menjelaskan, Indonesia bisa menang namun juga bisa kalah, tergantung strategi apa yang ditempuh oleh otoritas perpajakan.

"Kalau kompetisi pajak semata-mata hanya perang tarif, kita harus hati-hati. Kita bisa kalah kalau perang tarif," kata Yustinus kepada Kompas.com pada Rabu (31/1/2018) lalu.

Dia menjelaskan mengapa Indonesia bisa kalah jika perang tarif dengan AS. Faktor utama adalah basis pajak di Indonesia yang masih jauh dari angka yang seharusnya, serta jumlah wajib pajak (WP) yang juga masih sedikit karena belum semua tercatat di sistem.

Di sisi lain, penerimaan negara dari sektor perpajakan masih jadi salah satu yang menyumbang andil besar untuk membiayai pembangunan. Sehingga, dengan menurunkan tarif jika ingin perang tarif dengan AS, sama saja menyulitkan diri sendiri.

Hal ini tentu berbeda dengan WP serta basis pajak di AS yang jumlahnya jauh lebih besar. Sehingga, pemerintah AS di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump merasa memangkas pajak dapat menjadi stimulus mendorong pertumbuhan ekonomi mereka.

Yustinus menuturkan, cara Indonesia memenangkan kompetisi pajak dengan AS adalah melalui reformasi perpajakan juga. Direktur Jenderal Pajak Robert Pakpahan sebelumnya menyebut salah satu fokus kerja di tahun 2018 adalah dengan reformasi perpajakan di berbagai bidang.

"Lebih kepada menciptakan kepastian hukum. Termasuk penyederhanaan prosedur, artinya administrasi perpajakan menjamin kepastian. Itu akan lebih berguna bagi investor yang melihat Indonesia berlimpah sumber daya," tutur Yustinus.

Yustinus meyakini, jika kemudahan berusaha serta penyederhanaan prosedur bisa terlaksana, investor tidak akan mudah berpaling dari Indonesia. Faktor kepastian hukum juga sudah lama jadi perhatian para investor yang sampai saat ini masih dibenahi pemerintah secara bertahap.

Dalam paket kebijakan pajaknya, otoritas di AS membebaskan pajak bagi warganya yang memiliki penghasilan per tahun tidak melebihi 24.000 dolar atau Rp 312 juta. Itu setara dengan menaikkan dua kali batas potongan pajak dari yang sebelumnya telah ditetapkan.

Kemudian, bagi keluarga dengan empat anak dan penghasilannya tidak melebihi 75.000 dolar per tahun atau Rp 975 juta akan dapat pemotongan pajak separuh dari tahun lalu.

Untuk perusahaan, akan dikenakan potongan pajak 21 persen dari yang tadinya 35 persen. Ketentuan ini dilakukan dengan perkiraan pelaku usaha menaikkan income rata-rata para pekerjanya hingga 4.000 dolar.

Sedangkan bagi UKM, pengenaan pajaknya akan dikurangi menjadi 20 persen dari total penghasilan mereka.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/02/100000326/kompetisi-pajak-indonesia-bisa-menang-dari-as-

Terkini Lainnya

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Whats New
Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Whats New
Emiten Penyedia Infrastuktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Emiten Penyedia Infrastuktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Whats New
InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

Whats New
KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

Whats New
BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

Whats New
Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak 'Tenant' Donasi ke Panti Asuhan

Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak "Tenant" Donasi ke Panti Asuhan

Whats New
Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Whats New
Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Whats New
BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

Whats New
PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

Work Smart
Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke