Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Konsumsi Rumah Tangga Sumbang Separuh Struktur Ekonomi Indonesia

Apabila diukur berdasarkan produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB), perekonomian Indonesia tahun 2017 mencapai 13.588,8 triliun. Adapun PDB per kapita Indonesia mencapai Rp 51,89 juta atau 3.876,8 dollar AS.

Kepala BPS Suhariyanto menuturkan, dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 didukung pertumbuhan pada seluruh komponen, yakni Komponen Pengeluaran Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT), Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi, serta Ekspor Barang dan Jasa.

"Komponen Impor Barang dan Jasa meskipun mengalami peningkatan, merupakan faktor pengurang," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/2/2018).

Data BPS menyebut, bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan, maka komponen konsumsi rumah tangga merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017, yakni sebesar 2,69 persen. Kemudian diikuti oleh komponen PMTB sebesar 1,98 persen.

"Struktur perekonomian Indonesia tahun 2017 menurut pengeluaran didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, yakni 56,13 persen," ujar Suhariyanto.

Kemudian, diikuti oleh komponen PMTB atau investasi sebesar 32,16 persen dan komponen ekspor barang dan jasa sebesar 20,37 persen. Disimpulkan, perekonomian Indonesia ditopang oleh konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor.

Suhariyanto menjelaskan, seluruh komponen konsumsi rumah tangga tumbuh, terutama pada komponen konsumsi kesehatan dan pendidikan. Ia mengungkapkan, diharapkan konsumsi rumah tangga dapat terus dalam kondisi yang baik, mengingat besarnya kontribusinya terhadap perekonomian.

"Syaratnya daya beli harus terjaga. Tingkat inflasinya harus terkendali," jelas Suhariyanto.

Meski demikian, BPS juga menemukan adanya peningkatan persentase pendapatan yang ditabung, khusunya oleh masyarakat menengah ke atas. Dengan demikian, diketahui bahwa kelas menengah ke atas menahan belanjanya.

Menurut Suhariyanto, ada dua kemungkinan penyebab ini terjadi, yakni masyarakat menengah ke atas telah lebih mengedepankan investasi atau menahan karena kondisi politik jelang pesta demokrasi.

"Untuk menaikkan daya beli syaratnya ada dua, kondisi ekonomi, politik, dan keamanan harus stabil. Inflasinya juga harus terkendali," terang Suhariyanto.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/05/130300426/konsumsi-rumah-tangga-sumbang-separuh-struktur-ekonomi-indonesia

Terkini Lainnya

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Whats New
Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Whats New
Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Earn Smart
TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke