Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menilik Penyebab Inflasi Super Tinggi di Venezuela

Namun, dalam waktu sekejap, semua itu sirna sejalan dengan anjloknya harga minyak dunia. Dalam waktu empat tahun berturut-turut, ekonomi Venezuela terkontraksi dan inflasi melambung tinggi.

Majelis Nasional yang dipimpin partai oposisi mengumumkan bahwa inflasi Venezuela mencapai 2.616 persen pada tahun 2017 dan pada Desember 2017 saja melonjak 85 persen.

Mengutip The Economist, Kamis (8/2/2018), banyak ekonom dan bankir bank sentral menyebut kondisi inflasi yang dialami Venezuela sebagai hiperinflasi. Istilah ini biasanya digunakan untuk mendeskripsikan kondisi di mana harga konsumen naik setidaknya 50 persen dalam sebulan.

Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan inflasi Venezuela mencapai sekitar 13.000 persen pada tahun 2018. Lalu, apa sebenarnya penyebab kondisi inflasi yang mencengangkan yang terjadi di Venezuela tersebut?

Rendahnya harga minyak, menurunnya produksi minyak, serta kesalahan pengelolaan ekonomi secara umum telah membebani pemerintah Venezuela. Defisit anggaran negara tersebut mencapai 20 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Nilai tukar mata uang bolivar juga merosot tajam. Pada tahun lalu, uang kertas dengan denominasi tertinggi pun dinaikkan menjadi 100.000 bolivar.

Di pasar gelap, nilai tukar bolivar melemah 99,6 persen terhadap dollar AS sejak awal tahun 2016. Meski uang kertas baru telah dialirkan ke ekonomi secara deras, namun produksi barang domestik telah anjlok dan biaya impor dalam mata uang lokal meroker, kombinasi inilah yang membuat konsumen tidak bisa mengimbangi harga barang yang terus melesat naik.

Hiperinflasi dapat membuat hidup terasa sangat berat dan menjalankan bisnis tidak nyaman. Kondisi ini pun biasanya tidak bisa ditoleransi dalam jangka waktu lama, kerap berujung pada perubahan dalam pemerintahan atau setidaknya penerbitan kebijakan ekonomi baru.

Namun, Presiden Nicolas Maduro tampaknya tak bergeming dengan kondisi inflasi Venezuela yang kian mengkhawatirkan. Ia malah terus bertahan di tampuk pemerintahan, lebih lama dibandingkan yang dibayangkan banyak orang.

Dari beberapa episode hiperinflasi yang pernah terjadi di seluruh dunia, sekitar separuhnya berakhir dalam jangka waktu setahun. Selain itu, hanya sepersepuluhnya yang berlangsung selama lebih dari enam bulan.

Kasus hiperinflasi terlama yang pernah terjadi adalah di Nikaragua. Kala itu, kenaikan harga secara ekstrim terjadi selama hampir 5 tahun, yakni dari tahun 1986 sampai 1991.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/08/165656826/menilik-penyebab-inflasi-super-tinggi-di-venezuela

Terkini Lainnya

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke