Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Negara Bisa Alami Hiperinflasi?

Dengan kondisi yang parah tersebut, Venezuela telah masuk dalam pusaran hiperinflasi. Akan tetapi, apa sebenarnya hiperinflasi, apa penyebabnya, dan bagaimana solusinya?

Mengutip The Economist, Jumat (16/2/2018), hal pertama yang harus dipahami adalah definisi hiperinflasi.

Pada tahun 1956, ekonom Phillip Cagan yang bekerja di Biro Nasional Riset Ekonomi AS dalam studinya mendeskripsikan hiperinflasi sebagai periode di mana harga melonjak lebih tinggi dari 50 persen dalam sebulan.

Penyebab hiperinflasi beragam, namun biasanya adalah revolusi, perang, maupun transisi politik. Kondisi hiperinflasi pertama yang tercatat adalah antara tahun 1795-1796 di Perancis pada periode revolusi.

Setelah Perang Dunia I pun terjadi hiperinflasi di Eropa, khususnya di Jerman. Kemudian, hiperinflasi juga terjadi pada awal 1990-an pada negara-negara yang terdampak pecahnya Uni Soviet.

Namun demikian, perang dan revolusi tidak selalu menjadi penyebab inflasi. Ini yang terjadi di Zimbabwe dan terakhir di Venezuela.

Meski setiap kasus hiperinflasi memiliki kondisinya yang berbeda satu sama lain, namun ada pola umum hiperinflasi. Biasanya, hiperinflasi berkaitan erat dengan permasalahan fiskal.

Kemungkinan besar ada tekanan pada anggaran negara karena beberapa kondisi, misalkan perang, belanja kesejahteraan, hingga ada intervensi pejabat. Selain itu, hiperinflasi bisa terjadi setelah ada guncangan dan kejutan pada ekonomi.

Kondisi itu terjadi di Venezuela, yang terdampak anjloknya harga minyak. Di Zimbabwe, hiperinflasi terjadi pasca merosotnya produksi pertanian.

Guncangan pada ekonomi tersebut memberi dampak rentetan, seperti merosotnya penerimaan pajak yang menyebabkan ada "lubang" pada pembiayaan publik. Pemerintah mengatasinya dengan mencetak uang, namun ini membuat inflasi terdorong naik.

Meskipun demikian, hiperinflasi biasanya tidak berlangsung lama. Ada dua hal yang bisa meredakan hiperinflasi.

Pertama, dengan kebijakan moneter terkait mata uang. Ini yang terjadi dengan Zimbabwe pada akhir 2008 dengan masuknya mata uang dollar AS, yang menstabilkan harga.

Namun, ada harga yang harus dibayar mahal oleh Zimbabwe. Negara tersebut kehilangan kendali atas sistem perbankannya dan industri tak lagi berdaya saing.

Kedua, hiperinflasi bisa berakhir dengan adanya program reformasi pemerintah. Ini biasanya berkait erat dengan komitmen untuk mengendalikan APBN, penerbitan uang baru, dan stabilisasi nilai tukar. 

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/16/132854126/mengapa-negara-bisa-alami-hiperinflasi

Terkini Lainnya

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Whats New
Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Whats New
Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Whats New
Keluar di Gerbang Tol Ini, Bekasi-Yogyakarta Hanya 8 Jam 8 Menit

Keluar di Gerbang Tol Ini, Bekasi-Yogyakarta Hanya 8 Jam 8 Menit

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Sabtu 4 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Sabtu 4 Mei 2024

Spend Smart
Antisipasi Darurat Pangan, Kementan Bagikan Pompa Irigasi Gratis di Jawa Timur

Antisipasi Darurat Pangan, Kementan Bagikan Pompa Irigasi Gratis di Jawa Timur

Whats New
OJK Cermati Aksi Jual Saham oleh Asing di BEI

OJK Cermati Aksi Jual Saham oleh Asing di BEI

Whats New
Sekjen ASEAN Ucapkan Selamat atas Capaian Proses Aksesi Indonesia ke OECD

Sekjen ASEAN Ucapkan Selamat atas Capaian Proses Aksesi Indonesia ke OECD

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke