Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Andalkan Pertanian, Indonesia Bisa Jadi Negara Berpendapatan Tinggi

KOMPAS.com – Sejak beberapa tahun belakangan, perekonomian Indonesia tumbuh dengan stabil. Pemerintah Indonesia memiliki rencana besar untuk menaikkan peringkat Indonesia, dari negara berpendapatan sedang menjadi negara berpendapatan tinggi. 

Indonesia dapat meningkatkan statusnya menjadi negara berpendapatan tinggi bila rakyat memiliki akses besar terhadap pangan bergizi dan berinvestasi di bidang sumber daya manusia.

Untuk itu, langkah-langkah besar telah dilakukan dalam mengentaskan kemiskinan yang absolut dan perlu terus diakselerasi. Upaya tersebut diharapkan bakal memperkecil kesenjangan ekonomi. Salah satu caranya dengan memperbesar akses atas pangan bergizi dan mengurangi prevelansi stunting pada Balita. 

(Baca: Optimisme Indonesia Atasi Stunting pada Anak)

Asisten Direktur Jenderal dan Kepala Perwakilan Regional Badan Pangan Dunia (FAO) untuk Asia dan Pasifik, Kundhavi Kadiresan, mengapresiasi Pemerintah Indonesia atas inisiatifnya untuk menciptakan keadilan ekonomi.

Kadiresan mendorong konvergensi pemangku kepentingan di sektor publik dan swasta untuk mencari peluang dalam meningkatkan gizi, sebagai tujuan utama sebagai upaya berkelanjutan dengan tercapainya peningkatan pendapatan.

“Menciptakan keadilan bisa melibatkan banyak hal, tetapi membangun sumber daya manusia merupakan jalan menuju masa depan yang berkelanjutan. Peningkatan kualitas nutrisi melalui akses pangan bergizi, adalah langkah pertama,” kata Kadiresan saat Jakarta Food Security Summit, Kamis (8/3/2018).

Menurut dia, para petani bisa beralih ke tanaman pangan bernilai lebih tinggi seperti sayuran atau buah, atau melakukan diversifikasi bidang pertanian dengan kombinasi akuakultur atau peternakan.

Tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi tersebut menjanjikan keuntungan dan pendapatan lebih besar daripada tanaman pokok, seperti padi dan jagung. Permintaan akan sayur dan buah bakal meningkat dengan cepat di masa depan.

Selama ini, petani kecil kerap menjadi kelompok paling rentan mengalami kemiskinan dan rawan pangan. Pemerintah dan sektor swasta bisa bekerja sama dengan para petani dan kelompoknya untuk membantu mewujudkan transformasi ini.

Strategi manajemen risiko yang lebih kreatif seperti kontrak pertanian amat dibutuhkan. Komoditas tersebut kerap berisiko lebih besar untuk tumbuh dan dijual dibandingkan beras.

Selain itu, insentif seharusnya diberikan lebih luas tidak hanya kepada komoditas dari tanaman pangan pokok jika petani diharapkan melakukan diversifikasi ke komoditas bergizi.

“Namun petani dan rumah tangga di pedesaan juga harus secara aktif mencari sumber penghasilan dari olahan hasil pertanian maupun usaha di luar pertanian,” ujarnya.

Relasi desa dengan kota

Mengembangkan sektor pertanian, kata dia, tak lepas dari peran pemerintah, sektor swasta, dan pihak lainnya. Bercermin dari pengalaman negara lain, sinergi sektor publik dan swasta yang saling menguntungkan justru mendukung kesejahteraan petani kecil.

Menurut dia, agribisnis di Indonesia telah memberi kontribusi yang lebih besar kepada PDB daripada sektor hilir pertanian. Hal itu sesuai dengan pengalaman negara-negara lain ketika pertumbuhan ekonomi mengalami transformasi struktural.

Pola tersebut baik di Indonesia maupun negara-negara lain tampak jelas, yakni di masa depan pertumbuhan di bidang ekonomi pangan akan lebih banyak bertumpu pada agribisnis, dengan rantai nilai yang inklusif dan efisien dibandingkan pertanian primer.

“Untuk menumbuhkan agribisnis dibutuhkan hubungan pedesaan dan perkotaan yang lebih baik, di mana diperkirakan 60-70 persen permintaan pangan di Asia saat ini berasal dari daerah perkotaan,” katanya.

Capaian sektor pertanian

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan, produksi padi pada 2017 meningkat secara dramatis sebesar 10,5 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) yang setara dengan 3,23 miliar dollar Amerika.

Kenaikan produksi juga tercatat pada 43 komoditas pertanian lainnya, termasuk bawang merah dan cabai yang nilai kumulatifnya berjumlah sekitar 27,08 miliar dollar Amerika. Angka ini adalah yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

“Meskipun El Nino yang menghancurkan wilayah pertanian skala luas terjadi, kami masih dapat menjaga pasokan domestik dari beberapa komoditas pangan strategis,” ujarnya.

(Baca: Sektor Pertanian dan Citra Indonesia di Mata Dunia)

Pemerintah juga mengekspor beras khusus sejumlah 4 ribu ton, bawang merah 7,7 ribu ton, dan jagung 57 ribu ton. Secara kumulatif, nilai ekspor pertanian 2017 naik 24 persen dibandingkan 2016.

Kementerian Pertanian menargetkan Indonesia menjadi pemasok bahan pangan utama di dunia. Amran optimistis target itu terealisasi pada 2045.

“Bisa terwujud karena besarnya sumber daya yang ada di Indonesia termasuk keanekaragaman hayati dan ekosistem pertanian, luasnya potensi lahan subur untuk pertanian, melimpahnya tenaga kerja, tersedianya inovasi dan teknologi, serta besarnya potensi pasar dalam negeri dan internasional,” katanya.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/09/070300026/andalkan-pertanian-indonesia-bisa-jadi-negara-berpendapatan-tinggi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke