Dikutip dari Washington Post, Jumat (16/3/2018), kabar tersebut muncul 6 bulan setelah Toys R Us mengumumkan bangkrut. Toys R Us susah payah membayar utang yang jumlahnya hampir mencapai 8 juta dollar AS atau setara sekitar Rp 109,6 miliar dan kesulitan memperoleh pembeli.
Ada pula kabar bahwa Toys R Us telah berhenti membayar pemasoknya, yang termasuk produsen-produsen mainan terbesar di AS. Pada Rabu (14/3/2018) lalu, Toys R Us juga mengumumkan bakal menutup semua gerainya di Inggris yang berjumlah 100 gerai.
Di AS, pihak Toys R Us menyatakan penutupan gerai dilakukan secara bertahap, tidak sekaligus. Hal ini diungkapkan sumber yang enggan disebutkan namanya karena masih dalam pembicaraan internal.
Toys R Us pernah menjadi raksasa ritel terbesar AS dan merambah bisnisnya ke banyak negara. Toys R Us dipandang tak bisa berkompetisi dengan kompetitor, salah satunya adalah toko-toko online.
Toys R Us pun selama bertahun-tahun susah payah membayar utang. Pada saat yang sama, kompetitornya seperti Amazon, Walmart, dan Target memenangkan pangsa pasar.
Dalam dokumen pengajuan pailit, disebutkan Toys R Us memiliki utang sebesar 7,9 juta dollar AS dibandingkan aset sebesar 6,6 miliar dollar AS. Toys R Us menyatakan memiliki lebih dari 100.000 kreditur.
Kreditur terbesar Toys R Us antara lain Bank of New York (208 juta dollar AS), Mattel (136 juta dollar AS), dan Hasbro (59 juta dollar AS).
"Likuidasi Toys R Us sangat disayangkan namun merupakan kesimpulan yang sulit dihindari oleh peritel yang kehilangan arah," ujar Neil Saunders, direktur pelaksana perusahaan riset GlobalData Retail.
Saunders menyebut, bahkan dalam penutupan gerai-gerai baru-baru ini, Toys R Us gagal menciptakan rasa kesenangan. Brand Toys R Us kehilangan relevansi, konsumen, dan penjualannya.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/16/123000126/toys-r-us-segera-tutup-semua-gerainya-di-as