Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Belanja "Online" Masih Kalah dengan Belanja "Offline", tapi...

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada kenyataannya, cara belanja dengan memanfaatkan teknologi digital dalam jaringan (online) masih kalah jauh ketimbang cara belanja langsung yang karib disebut offline. Cara belanja online yang dianggap kekinian itu masih terbilang belia usianya dan masih kalah bersaing dengan cara offline yang berusia jauh lebih tua.

"Belanja offline dari segi transaksi dan value mendominasi perekonomian Indonesia karena kategori belanja ini banyak sekali," tutur Business Development Director Snapcart Asia Pasifik Felix Sugianto, hari ini, bersama Chief Revenue Officer Snapcart Asia Pasifik Soon Lee Lim, saat memaparkan survei terkini Snapcart bertajuk Perilaku Belanja Online di Indonesia.

Setahun silam, dalam catatan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro, baru ada 50 juta orang di Indonesia yang senang berbelanja online alias dalam jaringan (daring).

Kendati begitu, pihak yang terkait dengan belanja daring bergerak cepat untuk makin mengembangkan belanja online ke berbagai kalangan, terlebih pembelanja berusia muda, menggunakan teknologi digital terkini.

Dalam surveinya, Snapcart, kata Felix menggunakan teknologi Optical Character Recognition (OCR). Teknologi ini menjaring 6.123 responden. Survei berlangsung sebulan yakni pada Januari 2018.

Sasaran

Tercatat, pasar online Indonesia memiliki rerata pertumbuhan 26 persen per tahun. Menurut Country Industri Head Google Indonesia Hengky Prihatna per 2025 pasar online Indonesia bisa menyentuh angka 81 miliar dollar AS.

Lantas, dengan rerata peningkatan jumlah pembaca 21 persen tiap tahunnya, pada 2025 pula, di Indonesia ada 119 juta pembelanja.

Sementara itu, survei Snapcart memberikan tiga catatan agar keberhasilan belanja online bisa mencapai sukses. Pertama, belanja online harus  menyasar khalayak yang tepat, misalnya, perempuan.

Kedua, belanja online juga ditantang untuk menentukan channel-channel komunikasi yang efektif. Ketiga, belanja online juga harus berkonsentrasi untuk mengetahui  wilayah berpotensi. Hal ini penting karena wilayah berpotensi dapat menyumbang pertumbuhan. (Baca: 80 Persen Konsumen Belanja Online Orang Muda dan Wanita)

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/22/180711626/belanja-online-masih-kalah-dengan-belanja-offline-tapi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke