Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peredaran Produk Palsu di Asia Tenggara Kian Mengkhawatirkan

Hal tersebut diungkapkan oleh Piotr Stryszowski, ekonom senior di Organisasi Kerja Sama dan Pengembangan Ekonomi (OECD). Stryszowski, yang telah mengikuti isu tersebut di sejumlah negara maju selama 10 tahun, menyebut bahwa skala masalah produk palsu di Asia Tenggara terus tumbuh.

"Ini bukan hanya skala pemalsuan (barang) yang mengkhawatirkan, tapi juga lingkupnya," ujar Stryszowski seperti dikutip dari South China Morning Post, Senin (2/4/2018).

Menurut dia, sebelumnya barang-barang bermerek mewah menarik perhatian pelaku pemalsuan. Akan tetapi, saat ini semua produk yang memiliki logo menjadi sasaran empuk pemalsuan.

"Saat ini produk palsu dapat mencakup produk konsumer bermerek, suku cadang, baterai, dan produk bisnis-ke-bisnis hingga ke produk konsumen biasa seperti pasta gigi, kosmetik, dan makanan," sebut Stryszowski.

Ia mengungkapkan dalam acara Global Illicit Trade Summit di Kuala Lumpur, Malaysia, sebuah produk bisa menjadi sasaran pemalsu apabila kehadiran produk tersebut membuat konsumen bersedia membayar lebih untuk nama mereknya. Bisa juga produk tersebut diinginkan konsumen karena alasan keamanan dan kualitas.

Sebuah laporan yang dirilis pada 2013 silam menunjukkan, OECD mengestimasi produk abal-abal mencakup 2,5 persen atau 461 miliar dollar AS dari total perdagangan dunia. Stryszowski menuturkan, angka tersebut setara dengan lebih dari dua kali pendapatan tahunan Apple Inc.

"Angka ini terus tumbuh. Hal yang mengkhawatirkan adalah cakupan (pemalsuan) juga meluas, semakin banyak produk yang diserang atau ditiru," imbuh dia.

Laporan itu juga memperingatkan bahwa bisnis barang abal-abal merupakan ancaman ekonomi yang serius. Bisnis barang palsu menghambat inovasi dan pertumbuhan ekonomi.

"Pemalsuan adalah tindakan terlarang, yang artinya ada penerimaan pajak yang hilang. Dana ini malah mengalir ke kantong kelompok kejahatan terorganisir," kata Stryszowski.

Ia juga mengungkapkan, Asia kerap kali disebut sebagai tempat utama di mana produk abal-abal diproduksi dan dijual. Hal ini karena tingginya tingkat kegiatan manufaktur.

"Selain itu, ada banyak pula pelabuhan di Asia. Beberapa di antaranya disalahgunakan sebagai sarang perdagangan barang palsu," ungkap Stryszowski.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/02/204450126/peredaran-produk-palsu-di-asia-tenggara-kian-mengkhawatirkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke