Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perseteruan KRL Vs KA Bandara yang Belum Tentu Usai dalam Waktu Dekat

Kedatangan komunitas tersebut tak lain untuk meminta Kemenhub mengembalikan jeda jarak (headway) KRL lintas Duri-Tangerang menjadi 15 menit seperti sebelumnya.

Saat ini headway KRL Tangerang-Duri menjadi 30 menit sebagai konsekuensi dari bertambahnya frekuensi perjalanan kereta Bandara Soekarno-Hatta.

"Kami minta headway kembali 15 menit seperti sebelumnya, jangan 30 menit. Kami karyawan pagi-pagi kesusahan karena KRL datangnya lama, banyak yang enggak bisa naik, selalu penuh," kata Wati, salah satu anggota KRL Mania, saat bertemu jajaran Direktorat Jenderal Perkeretaapian di gedung Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat.

Tidak hanya itu, imbas lain yang dirasakan Wati dan penumpang lain KRL adalah semakin lama berdesak-desakan menunggu kereta yang datang di Stasiun Duri.

Akibat kepadatan yang cukup parah, beberapa waktu lalu sempat viral di media sosial sebuah video yang menunjukkan para penumpang di sana menaiki eskalator melawan arah.

Wati pun melanjutkan bahwa penambahan jumlah gerbong dari 8 menjadi 12 tidak efektif. Sebab, tidak efektif. Hal itu sudah dibuktikan dengan masih banyak penumpang yang tak terangkut karena sembari menunggu KRL, penumpang terus berdatangan ke stasiun.

Tak adil

Di sisi lain, Koordinator Komunitas KRL Mania Nurcahyo menilai, penambahan frekuensi kereta bandara yang kemudian mengorbankan jumlah perjalanan KRL lintas Duri-Tangerang adalah satu hal yang tidak adil bagi para penumpang KRL.

"Ini terlalu dipaksakan, penumpangnya juga kan enggak banyak, tetapi malah mengorbankan ribuan penumpang yang setiap hari naik komuter," ucap Nurcahyo kepada Kompas.com, Rabu (4/4/2018).

Akibatnya, banyak penumpang KRL yang memandang negatif keberadaan kereta bandara karena dianggap menyusahkan mereka.

"Sekarang penumpang kereta KRL ini selalu negatif saja kalau mendengar kereta bandara, bahkan mereka menganggapnya kereta hantu," sambung Nurcahyo.

Selain itu, banyak penumpang kereta KRL lintas Duri-Tangerang yang kembali beralih menggunakan kendaraan pribadi.

"Ya, sekarang banyak yang bilang bahwa mereka sudah enggak naik KRL lagi dan kembali bawa mobil atau motor pribadi karena enggak sanggup melihat keadaan sekarang," kata Nurcahyo.

Tanggung jawab Kemenhub

Oleh karena itu, KRL Mania mendesak agar Kemenhub mulai mengambil tindakan guna mengatasi persoalan KRL lintas Duri-Tangerang.

Nurcahyo menuntut agar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi segera mengeluarkan kebijakan atau setidaknya pernyataan guna menyelesaikan masalah tersebut.

"Pada dasarnya, PT KCI dan PT KAI ini hanya menuruti perintah atasannya, minimal sekarang ini ada statement dari Menhub atau Dirjen Perkeretaapian terkait hal ini karena sampai sekarang saya belum dengar dari mereka," ucapnya.

Menanggapi hal tersebut, Budi Karya mengaku telah mendapatkan informasi terkait solusi mengatasi masalah keluarga itu.

"Sudah ada solusi dari PT KAI," ucap Budi Karya singkat saat dihubungi Kompas.com, Rabu (4/4/2018).

Kendati begitu, Budi Karya tidak membeberkan apa saja solusi yang diberikan PT KAI tersebut.

Mantan Presiden Direktur PT Angkasa Pura II itu hanya menambahkan bakal melakukan rapat terkait hal itu.

"Jumat pagi akan saya rapatkan setelah dibuat technical meeting," katanya.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/06/085757926/perseteruan-krl-vs-ka-bandara-yang-belum-tentu-usai-dalam-waktu-dekat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke