Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pertaruhan Wijaya Karya di Kereta Cepat

Pendapatan WIKA naik sekitar 67,1 persen menjadi Rp 26,18 triliun pada 2017 lalu. Pada saat yang sama, laba bersih WIKA mendaki 13,5 persen menjadi Rp 1,20 triliun.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Akhmad Nurcahyadi mengatakan, kontrak baru yang dicapai WIKA sebesar Rp 42,21 triliun berperan besar terhadap kinerja positif perusahaan ini. Sebagian besar kontrak berasal dari sektor infrastruktur dan bangunan gedung. Kontribusi sektor tersebut mencapai 62,25 persen dari total pendapatan.

Tahun ini, Akhmad memperkirakan WIKA mampu mendapatkan kontrak baru sebesar Rp 53,8 triliun. "Hingga minggu kedua Maret, WIKA telah memperoleh nilai kontrak baru Rp 10,45 triliun,” tulis dia dalam riset Maret lalu.

Akhmad juga memperkirakan WIKA bisa mencatatkan kenaikan pendapatan menjadi Rp 29,7 triliun pada akhir tahun nanti. Adapun laba bersih WIKA tahun ini diharapkan mencapai Rp 1,96 triliun.

Analis Paramita Alfa Sekuritas William Siregar menilai, prospek WIKA pada dasarnya tergolong cerah hingga dua tahun mendatang. Hal ini lantaran jumlah proyek yang dikerjakan emiten ini kian banyak dan dipercepat seiring momentum Pemilu 2019.

"Kinerja WIKA bakal sejalan dengan upaya pemerintah yang ingin mempercepat pembangunan infrastruktur," ujar dia, Kamis (5/4/2018).

WIKA menggarap cukup banyak proyek infrastruktur pemerintah. Salah satunya proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung senilai Rp 15,68 triliun. Memang, penyelesaian proyek ini dipastikan mundur ke akhir 2019 hingga awal 2020 mendatang, akibat keterlambatan pembayaran pinjaman. Namun, pengerjaan proyek tersebut kembali digenjot pada tahun ini.

Analis Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio optimistis, asalkan tidak ada masalah pada proses pembayaran proyek, pendapatan WIKA tahun ini akan stabil. Kendati begitu, Bertoni menekankan, manfaat dari proyek-proyek infrastruktur ini memang baru akan dirasakan secara jangka panjang.

Makanya, strategi alokasi dana merupakan hal penting bagi perusahaan konstruksi. "Perlu ada strategi alokasi dana untuk menjaga likuiditas keuangan sekaligus antisipasi arus kas operasional yang minus akibat risiko telat bayar,” ujar Bertoni.

Proyek luar negeri

WIKA tidak hanya mengerjakan proyek yang berlangsung di Indonesia saja. Emiten ini juga akan menggarap proyek di luar negeri, berupa pembangunan 1.400 unit rumah di Aljazair. Rencananya, WIKA akan mengerjakan proyek tersebut mulai tengah tahun ini dan akan selesai pada  tahun 2020.

Menurut William, proyek ini tidak hanya menguntungkan WIKA dalam jangka panjang. Proyek di Aljazair ini juga memperkuat posisi WIKA di kancah internasional.

Terlepas dari itu, meski menggarap banyak proyek dengan ngebut, perusahaan ini diharapkan tidak mengurangi tingkat pengawasan terhadap kualitas proyek hingga keselamatan pekerja. "Walau belum pernah terlibat langsung dalam kasus kecelakaan kerja, WIKA harus menjadikan moratorium proyek infrastruktur lalu sebagai pembelajaran," terang William.

Selain itu, Bertoni berpendapat, WIKA harus pandai-pandai mencari pendanaan di tengah banyaknya proyek yang digarap. Pendanaan dari obligasi masih bisa menjadi salah satu opsi bagi WIKA. Sebelumnya, WIKA juga telah menerbitkan Komodo Bonds senilai Rp 5,4 triliun di Bursa Efek London.

Ketiga analis sama-sama merekomendasikan beli saham WIKA. Bedanya, Akhmad mematok target harga WIKA Rp 3.000 per saham, kemudian Bertoni memberi target harga sebesar Rp 2.600 per saham. Sedangkan William memasang target harga sebesar Rp 2.100 per saham. (Dimas Andi)

Berita ini suhda tayang di Kontan.co.id dengan judul Pertaruhan Wijaya Karya di kereta cepat

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/07/060700726/pertaruhan-wijaya-karya-di-kereta-cepat

Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke