Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

80 Persen Pabrik Pengalengan Ikan di Indonesia Gunakan Ikan Impor

Hal tersebut dijelaskan Ketua Asosiasi Pengalengan Ikan (APIKI) Ady Surya kepada Kompas.com Kamis (13/4/2018).

Saat ini, menurutnya, ada 44 pabrik pengalengan ikan di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 28 pabrik mengolah ikan sarden dan makerel, sedangkan sisanya megelola ikan tuna.

"Kalau tuna terkonsetrasi di Bitung sedangkan sarden dan makerel terkonsetrasi di Bali, Muncar, Pekalongan dan Medan. Nah pada tahun 2017 ikan yang digunakan 80 persen adalah ikan impor. Mengapa? karena ikannya memang sudah tidak ada di Selat Bali. Sebelumnya 100 persen ikan sarden dan makarel berasal dari perairan Selat Bali. Sekarang kita impor dan hanya 20 persennya dari Indonesia bagian timurr," jelas Ady.

Ia mengatakan belum ada teori dari ahli yang menjelaskan alasan mengapa ikan sarden dan makarel hilang dari perairan Selat Bali. Namun ikan tersebut menghilang pascagempa di Selatan Jawa sekitar tahun 2000-an dan kemudian muncul ikan krismon di wilayah Pantura.

"Saya masuk tim analisa statistik lemuru saat ini. Tapi sampai sekarang tidak ada keputusan penyebabnya apa," jelas Ady.

Sebenarnya, menurut Ady, ikan jenis Sarden dan Makarel mungkin ada di Indonesia bagian timur namun pabrik pengalengan ikan membutuhkan bahan mutu yang paling standar untuk ikan konsumsi yang digunakan yaitu harus fresh from the sea. 

Dalam hal ini, ikan yang ditangkap dari laut langsung dibekukan di atas kapal, bukan ikan yang ditangkap lalu di bawa ke pelabuhan kemudian dilelang.

"Dengan proses beku di atas kapal, semuanya clear. Parasit juga mati. Jadi standar ikan kaleng sangat tinggi," tambahnya.

Dia berharap Indonesia memiliki kapal yang memiliki kemampuan tangkap yang baik dan memiliki kapal penampung untuk pembekuan ikan.

Hal tersebut sangat diperlukan karena melihat kondisi saat ini dengan tidak adanya kapal asing yang menangkap ikan di perairan Indonesia.

"Jadi walaupun ikannya banyak tapi tidak melewati proses pembekuan di atas kapal ya tidak bisa digunakan di pabrik pengalengan ikan," jelasnya.

Pada tahun 2017, Indonesia mengimport ikan sarden dan makarel sekitar 40 ribu ton, padahal kapasitas dari 28 pabrik dalam setahun bisa mengolah hingga 235 ribu ton sarden dan makeral. Sedangkan kapasitas pengelolaan ikan tuna pertahun bisa 365 ribu ton.

"Untuk sarden makarel kita hanya mengelola 1/6 dari kapasitas kemampuan kita. Sangat sedikit. Untuk Tuna juga hanya mengelola dibawah 30 persen dari kapasitas kemampuan. Untuk memenuhi kekurangannya kita ambil ikan lokal tapi kalau nggak ada ya segitu saja yang kita produksi," jelasnya.

Selain itu, menurut Ady, sebenarnya penguasa pabrik ikan dalam kaleng lebih suka menggunakan ikan dalam negeri karena selain harganya lebih murah, proses mekanismenya tidak begitu panjang.

"Jika ikan dalam negeri, setelah ditangkap kemudian masuk pabrik dan prosesnya cepat. Harganya juga antara 7 ribu hingga 8 ribu. Beda dengan ikan impor bisa 11 ribu dan mekanismenya panjang," jelas Ady.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/14/104500126/80-persen-pabrik-pengalengan-ikan-di-indonesia-gunakan-ikan-impor

Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke