Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pembangunan PLTU Banyak Terhambat, PLN Sosialisasikan soal Teknologi Terbaru

Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah PLN Amir Rosidin mengatkan, PLTU sekarang sudah menggunakan teknologi yang canggih sehingga tingkat polusinya jauh lebih rendah.

"Kami sosialisasi dengan masyarakat bahwa ini tidak ada apa-apa. Teknologi-teknologi baru Ultra Super Critical debunya lebih rendah, polusinya lebih rendah," kata Amir dalam keterangan tertulis, Rabu (25/4/2018).

Imbas dari minimnya pengetahuan soal teknologi tersebut membuat banyak PLTU yang terkendala izin pembangunannya, seperti izin lingkungan.

Padahal dengan teknologi boiler super critical sudah bisa mengurangi polusi dalam pembangunan PLTU.

Kendati banyak terhambat perizinan, PLN masih memprioritaskan PLTU seperti di dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027.

"Listrik dari PLTU itu yang paling murah, makanya PLTU sekarang jadi pilihan utama dan pembangunannya masih sesuai rencana," kata Amir.

Harga listrik dari PLTU merupakan yang paling murah di antara pembangkit jenis lain. Saat ini, harga listrik dari PLTU berada di 4 sen sampai 5 sen dollar AS per kilowatt hour (kWh).

Harga listrik yang murah itu ucap Amir, akan menghasilkan beban tarif listrik yang rendah. Hal itu kemudian berdampak pada, masyarakat yang bisa menjangkaunya dan industri mampu lebih bersaing dengan negara lain.

"Karena lebih murah, kami bangun PLTU terus. Kami bisa jual listrik murah ke industri, tarif bisa turun sehingga industri berkembang," sambung dia.

Selain itu, PLTU juga digunakan sebagai andalan pasokan listrik untuk ?memenuhi daerah yang masih mengalami defisit listrik, sesuai dengan program kerja PLN.

"Kami harus menutupi pemadaman yang lama dengan membangun pembangkit (PLTU). Makanya itu masih dibutuhkan sesuai dengan program kita," sebut Amir.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/25/204700826/pembangunan-pltu-banyak-terhambat-pln-sosialisasikan-soal-teknologi-terbaru

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke