Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Angin Ketidakpastian Global Begitu Kuat Menerpa...

Sejak awal bulan ini, nilai tukar rupiah harus menghadapi pelemahan terhadap dollar AS. Bahkan, di pasar spot, nilai tukar rupiah nyaris menyentuh level Rp 14.000 per dollar AS.

Banyak pihak meyakini pelemahan rupiah disebabkan faktor eksternal. Bank Indonesia (BI) menilai, depresiasi rupiah lebih disebabkan penguatan mata uang dollar AS tergadap hampir semua mata yang dunia.

Penguatan dollar AS merupakan imbas kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) hingga mencapai 3,03 persen. Kenaikan ini adalah yang tertinggi sejak tahun 2013.  

"Depresiasi rupiah juga terkait faktor musiman permintaan valas yang meningkat pada kuartal II, antara lain untuk pembayaran utang luar negeri dan pembiayaan impor, dan dividen," kata Gubernur BI Agus DW Martowardojo, Kamis (26/4/2018).

Adapun ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono mengungkapkan, ada tiga alasan rupiah mudah terdampak gejolak eksternal. Pertama, komposisi cadangan devisa Indonesia sebagian berasal dari arus modal asing jangka pendek, dikenal dengan istilah hot money dan bersifat sensitif terhadap gejolak.

Kedua adalah harga minyak dunia yang naik hingga mencapai kisaran 70 dollar AS per barrel. Kondisi tersebut membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi tidak kredibel dan berkurang daya dorongnya.

Pemerintah pun mau tak mau harus pikirkan subsidi bahan bakar minyak (BBM). "Kalau APBN terganggu harga BBM, maka akan membuat rupiah melemah," sebut Tony.

Ketiga, suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate. Tony menuturkan, suku bunga yang terlalu rendah akan membuat rupiah tertekan dan tidak mendukung pertumbuhan ekonomi.

Tidak hanya rupiah, IHSG pun tak kuasa membendung kuatnya faktor eksternal. Pada penutupan perdagangan Kamis, IHSG anjlok 2,8 persen atau 170,65 poin kele level 5.909,19.

IHSG melemah sejak beberapa hari terakhir. Menurut Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (IHSG), ketidakpastian global menjadi biang keladi terperosoknya IHSG.

"Pasar global ada uncertainty (ketidakpastian), karena ada Trump effect," tutur Tito.

Analis senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada, melemahnya IHSG tidak lepas dari dampak pelemahan nilai tukar rupiah. Pelaku pasar merespon negatif lesunya mata uang Garuda.

"Pelaku pasar cenderung panik berlebihan," terang Reza.

Meski memandang kepanikan ini hanya sesaat, namun Reza menyatakan belum jelas kapan itu akan berakhir. Sebab, pelemahan IHSG berkaitan erat dengan psikologi pasar.

Pelemahan IHSG bisa saja terus berlanjut. Reza mengungkapkan, ini bisa terjadi apabila pelaku pasar masih takut untuk kembali masuk ke Indonesia.

"Bisa jadi kalau pelaku pasar masih takut untuk masuk even (bahkan ketika) harga saham sudah bisa dikatakan murah untuk masuk," imbuh Reza.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/27/062927126/ketika-angin-ketidakpastian-global-begitu-kuat-menerpa

Terkini Lainnya

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke