Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rupiah Bisa Melemah ke Rp 14.200 Per Dollar AS?

Sementara itu di pasar spot, rupiah diperdagangkan di Rp 14.052 per dollar AS dibanding Senin (7/5/2018) Rp 14.001.

Pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini diperkirakan terus berlanjut hingga akhir Mei.

"Terbuka peluang kurs terdepresiasi hingga Rp 14.200," ujar ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Selasa (8/5/2018).

Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara masih memandang optimis masa depan perekonomian Indonesia. Dia menilai melemahnya rupiah tidak akan menghilangkan kepercayaan diri investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

"Menurut saya nggak (membuat investor tak percaya pada kondisi Indonesia). Memang volatilitas dunia sedang tingggi, dan semuanya melakukan adjustment," ujarnya ketika ditemui di Gedung Ali Wardhana Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa (9/5/2018).

Suahasil menyatakan dirinya masih optimis level inflasi Indonesia masih di bawah 4 persen hingga akhir tahun, yaitu di level 3,5 persen jika dilihat dari potensi ekonomi.

Dirinya menjelaskan ekonomi indonesia pada kuartal I 2018 yang tumbuh 5,06 persen menunjukkan kualitas yang baik, didukung dengan tingginya tingkat investasi hingga 7,9 persen. Meskipun, terjadi ketimpangan antara jumlah impor sebesar 12 persen, sedangkan ekspor hanya 6 persen.

"Tapi kalau dilihat dari komposisi impor, cukup banyak yang berasal dari barang modal. Ini menunjukkan proses ekspansi dunia usaha mulai berlangsung," jelasnya.

Di sisi lain, dirinya mmenambahkan, penerimaan APBN masih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran akibat penyesuaian kurs, seperti subsidi BBM dan pembayaran utang baik cicilan pokok maupun bunga.

"Net antara penerimaan dan pengeluaran efeknya masih tinggi penerimaannya," ujarnya.

Dirinya menjelaskan, dalam melihat dampak dari pelemahan rupiah tidak hanya melalui APBN saja, akan tetapi juga dampaknya terhadap ekonomi makaro lain sperti inflasi, naiknya harga-harga jual di pasar yang yang akan berpengaruh pula terhadap daya beli masyarakat dan kondisi badan-badan usaha di Indonesia.

"Dari sisi pengelolaan APBN ngga ada yang mengkhawatirkan tapi kita masih mengamati. Pergerakan kurs kan bergerak setiap hari," ujarnya.

Naikkan Suku Bunga

Guna mengantisipasi semakin dalamnya rupiah terdepresiasi, Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, Bank Indonesia (BI) bisa menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate 25 hingga 50 basis poin.

"Kenaikan suku bunga acuan diharapkan bisa menaikkan return instrumen investasi di Indonesia sehingga dana asing tidak melanjutkan capital flight," ujarnya.

Selain itu, Indonesia perlu untuk memperbaiki kondisi domestik, karena pelemahan rupiah terhadap dollar AS tidak hanya disebabkan volatilitas global saja, tetapi kondisi fundamental Indonesia sendiri.

"Kita perlu mengembalikan kepercayaan investor, menjaga stabilitas harga baik BBM, listrik, maupun harga pangan jelang Ramadhan. Sehingga konsumsi rumah tangga yang berperan 56 persen terhadap PDB bisa pulih," ujarnya.

Bhima menambahkan pelemahan rupiah menyebabkan terjadinya pembengkakan kewajiban membayar utang luar negeri Indonesia hingga Rp 5,5 triliun.

"Selisih pembengkakan ini akibat currency missmatch, jika gunakan kurs Rp 13.400 sesuai APBN, maka pemerintah wajib membayar Rp 121,9 triliun," ujarnya.

"Sementara dengan kurs sekarang di kisaran 14.000, beban pembayaran menjadi Rp 127,4 triliun," lanjutnya.

Dia mengatakan, munculnya pembengkakan ini akan mempersempit ruang fiskal perekonomian Indonesia, meski masih tetap bisa membayar utang jatuh tempo.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/09/063000826/rupiah-bisa-melemah-ke-rp-14200-per-dollar-as

Terkini Lainnya

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Whats New
Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Whats New
Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Whats New
Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke