Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perjalanan Rupiah Sejak Awal Tahun hingga Menembus Level 14.000

Penguatan dollar AS tidak hanya terjadi pada mata uang negara berkembang, tetapi juga mata uang negara-negara maju.

Bicara dampak penguatan dollar AS terhadap rupiah, sempat terjadi fluktuasi nilai tukar mulai dari level di bawah Rp 13.500 pada Januari hingga tembus Rp 14.000 pada Mei 2018.

Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, rupiah sempat ada pada level Rp 13.290 terhadap dollar AS sekaligus sebagai apresiasi yang paling tinggi sejak awal 2018.

Bila dicermati, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mulai merangkak di atas Rp 13.500, dari Rp 13.600 hingga Rp 13.700, pada akhir Februari dan awal

Maret. Pertama kali rupiah menyentuh level Rp 13.600 tepatnya tanggal 8 Februari 2018, di mana setelah itu sempat turun ke level Rp 13.500 namun bertahap naik ke Rp 13.700 sampai Rp 13.800 pada akhir April.

Selepas bulan April dan memasuki Mei, rupiah ada di posisi Rp 13.800-13.900 kemudian pada Selasa (8/5/2018) tembus ke angka Rp 14.036 dan naik tipis jadi Rp 14.074 pada Rabu (9/5/2018).

Sebab pelemahan rupiah

Faktor eksternal disebut pemerintah dan Bank Indonesia sebagai penyebab utama tren pelemahan rupiah.

Head of Economic and Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengungkapkan, faktor pertama adalah prediksi pasar untuk kenaikan suku bunga acuan The Fed dan kebijakan lain di Amerika Serikat.

"Juga ada janji dari Presiden Trump tentang tax cut, ini sudah mulai memicu permintaan dollar AS di pasar. Orang sudah mulai ke dollar AS, menjual kepemilikan di emerging market atau simpanan mereka dan menarik kembali ke AS," kata Enrico pada Rabu (9/5/2018).

Enrico menambahkan, faktor perang dagang AS dengan China juga membuat pasar cenderung mencari aset yang paling aman di tengah ketidakpastian kondisi global. Dollar AS sebagai mata uang dagang utama pun jadi pilihan, sehingga permintaan dollar AS pun meningkat.

Mengenai kondisi di dalam negeri, Enrico menyoroti tentang masa pembayaran dividen serta pembayaran utang luar negeri yang beberapa di antaranya jatuh pada awal kuartal II 2018. Namun, hal tersebut merupakan fase sementara dan tidak akan berlangsung hingga seterusnya.

Terkait ketahanan kondisi ekonomi dalam negeri dalam menghadapi faktor eksternal, disebut Enrico sudah baik. Meski diakui juga bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 sebesar 5,06 persen dinilai sedikit melemah dan meleset dari prediksi analis sebesar 5,18-5,19 persen.

"GDP (Gross Domestic Product) growth kita memang sedikit melemah di kuartal I, lebih dikarenakan belanja pemerintah memang biasanya lebih lambat di semester I. Hal lainnya, bahkan tingkat pertumbuhan investasi itu meningkat. Ini sebenarnya positif," tutur Enrico.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/10/145630626/perjalanan-rupiah-sejak-awal-tahun-hingga-menembus-level-14000

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke