"Kalau hanya 25 bps efek ke rupiah hanya terapresiasi Rp 100-200 per dollar AS sehingga kurs besok hanya menguat ke Rp 13.800-13.900, belum kembali ke titik fundamental Rp 13.500," kata ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara saat dihubungi Kompas.com, Kamis (17/5/2018) malam.
Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS ada pada level Rp 14.074. pada Rabu (16/5/2018) kemarin bahkan nilai tukar sempat menyentuh level Rp 14.094 sekaligus merupakan yang tertinggi sejak awal tahun 2018.
Menurut Bhima, faktor utama yang mendorong BI menaikkan suku bunga acuan karena cadangan devisa yang semakin tergerus untuk pembayaran utang luar negeri dan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah. Jika suku bunga acuan tidak dinaikkan, ada kekhawatiran posisi cadangan devisa akan makin merosot.
Berdasarkan data terakhir, posisi cadangan devisa akhir April 2018 tercatat sebesar 124,9 miliar dollar AS. Posisi cadangan devisa ini turun signifikan dibanding posisi cadangan devisa akhir Januari 2018 sebesar 131,98 miliar dollar AS, di mana secara bertahap turun pada Februari, Maret, hingga April.
"Dengan naiknya suku bunga acuan 25 bps, dana asing harapannya bisa tertahan dan tidak melanjutkan outflow. Sejak awal tahun, investor asing terus melakukan penjualan bersih saham (net sales) hingga Rp 39 triliun," tutur Bhima.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/17/201200226/suku-bunga-acuan-4-5-persen-rupiah-bisa-menguat-hingga-200-poin