Budi pun mengaku tertantang membenahi Bulog setelah melihat langsung banyaknya celah mafia pangan yang membuat pasokan beras dan sembako ke masyarakat tidak merata. Oleh karena itu, dia akan membuat terobosan baru tanpa menabrak aturan di Bulog.
"Saya ingin bisa berbuat semaksimal mungkin dengan waktu tidak terlalu lama, sehingga masyarakat bisa merasakan kehadiran saya benar-benar bermanfaat," kata Budi.
Komoditas utama yang menjadi prioritas adalah beras. Budi menyayangkan Bulog tidak menguasai persentase yang besar dalam komoditas tersebut.
Beras, ujar dia, lebih banyak dikuasai pasar bebas sehingga harganya tak terkendali. Padahal, pemerataan belum cukup.menjangkau hingga ke tingkat terbawah.
Budi ingin, Bulog bisa menguasai pasar beras, bahkan kalau bisa untuk sembilan bahan pokok. Harga pangan dianggap akan lebih stabil jika dikelola sepenuhnya oleh negara.
"Ke depan sembilan bahan pokok harus dikuasai negara. Ini cara saya berpikir untuk ketahanan pangan dan kestabilan harga," kata Budi.
Saat ini, negara masih bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan pangan. Padahal, kata Budi, sumber daya di Indonesia sangat kaya.
"Tinggal bagaimana kita mengelola sumber daya tersebut dengan optimal," tegas Budi.
Karena itu, Ia ingin Bulog dapat menciptakan swasembada pangan, utamanya beras. Budi mengatakan, Indonesia dulu dikenal jago menanam. Sekarang, lambat laun lahannya untuk sawah makin habis.
Budi juga mengaku mendapati sistem ijon masih berkuasa. Hal ini tentunya merugikan petani dan konsumen karena harga dikendalikan oleh pihak tertentu.
"Sehingga Bulog kecil persentasenya untuk menguasai itu karena udah dikuasai sistem yang sudah sejak lama dibangun," kata Budi.
Oleh karena itu, kata Budi, perlu ada kerja sama yang lebih kuat dengan Kementerian Pertanian untuk menumbuhkan kembali lahan sawah baru sehingga Bulog bisa menyerap lebih banyak.
Budi mengatakan, selama ini beras Bulog dianggap buruk oleh masyarakat karena kualitasnya yang rendah. Kadang ditemukan beras yang bau dan berkutu. Menurut dia, ada birokrasi yang salah dan dia hadir untuk membenahi itu.
"Hari ini ancamannya saya dibenci ibu-ibu kalau gagal urusan beras," kata Budi.
Harga naik jelang puasa
Diberitakan sebelumnya bahwa ada kenaikan harga sepekan sebelum bulan puasa untuk beberapa komoditas pangan seperti beras, daging sapi, cabai, dan bahan pangan lainnya.
Di Batam, misalnya, harga beras medium yang rata-rata sudah mencapai Rp 12.500 per kilogram, naik dari harga Rp 10.000 per kilogram.
Komoditas bumbu juga mengalami kenaikan, bahkan mencapai 50 persen dari harga sebelumnya. Bawang putih, salah satunya. Sebelumnya harga bumbu ini Rp 7.000 per kilogram, kini naik harga menjadi Rp 16.000-Rp18.000 perkilogram.
Lalu, bawang merah jawa yang sebelumnya Rp 15.000 per kilogram, kini naik harga menjadi Rp 27.000 hingga Rp 30.000 per kilogram. Begitu juga dengan cabai merah yang sebelumnya Rp 35.000 per kilogram naik menjadi Rp 55.000 per kilogram.
Kemudian, cabai rawit yang sebelumnya Rp 29.000 per kilogram, kini menjadi Rp 50.000 per kilogram. Kemudian tomat yang sebelumnya Rp 10.000 per kilogram, kini menjadi Rp 17.000 per kilogram.
Kenaikan harga juga terpantau terjadi di pasar Ciputat sejak seminggu sebelum puasa, meski harga cenderung stabil pada hari pertama Ramadhan.
Beras di Pasar Ciputat dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp 8.500 hingga Rp 11.000 per liter sesuai dengan kualitas berasnya.
"Beras tidak ada kenaikan harga, dari seminggu sebelum puasa sampai sekarang tetap," kata Mutadi, penjual sembako.
Meski ada kenaikan harga, stok komoditas disebut masih aman.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/18/115612926/menanti-gebrakan-dari-cara-berpikir-budi-waseso-soal-bulog-dan-pangan