Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sinarmas Akan Sudahi Perkebunan 7.000 Hektar Lahan Gambut

Pemulihan ini menjadi bagian dari pemaparan laporan Forest Conservation Policy (FCP) yang sudah mereka inisiasi sejak 2013 lalu.

"Kami mengidentifikasi dan menonaktifkan 7.000 hektar perkebunan di lahan gambut untuk memulai perlindungan hutan dan gambut yang lebih baik," ujar Director of Sustainability and Stakeholder Engagement APP Sinar Mas Elim Sritaba, Rabu (23/5/2018) di Jakarta.

Rencana bertahap pemulihan ditujukan untuk menaikkan level air. Selanjutnya, perkembangan secara natural diharapkan terjadi di wilayah-wilayah gambut yang dituju, mencakup Sumatera Selatan dan Riau.

"Berdasarkan hasil lidar (light detection and ranging) kami mulai berkoordinasi dengan pemerintah untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi mana saja (yang dipulihkan). Nantinya kami akan berkoordinasi, mana zona lindung, mana zona budidaya," ujarnya.

Pemulihan untuk 7.000 hektar lahan ini merupakan proyek percobaan. Dalam skema mendatang, mereka mempelajari cara merehabilitasi lahan gambut yang sudah ditanami dan harus dikembalikan ke fungsinya sebagai hutan alam.

Suplai

Laporan tahun ke-5 FCP mencakup sejumlah gol, termasuk menegaskan langkah mereka tersebut, yakni untuk mengakhiri konversi hutan alam oleh pemasok kayu dan pulp untuk beralih menuju proses produksi 100 persen menggunakan kayu dari perkebunan.

Mereka juga memangkas area yang terkena dampak kebakaran hutan tahun 2017 hingga menjadi 0,01 persen dari total bruto luas area, serta memangkas tingkat kehilangan hutan alam oleh pihak ketiga di wilayah perlindungan pemasok APP Sinar Mas hingga menjadi 0,1 persen Maret 2017-Januari 2018.

Di sisi konflik sosial, mereka memberdayakan penduduk desa setempat untuk memanfaatkan teknik pertanian modern untuk mengurangi penggundulan hutan oleh pihak ketiga dan kebakaran hutan.

Total investasi 300 juta dollar AS digelontorkan untuk menjalankan sistem pemantauan hutan, restorasi lanskap, pencegahan kebakaran, penelitian lahan gambut, dan pemberdayaan masyarakat.

Produsen pulp dan kertas untuk tisu, kemasan, dan kertas dengan kapasitas dan konvensi tahunan lebih dari 19 juta ton kayu ini pun menargetkan untuk meningkatkan kawasan lindungnya.

"Kami bekerja sama dengan mitra seperti The Forest Trust dan Deltares meningkatkan kawasan lindung menjadi lebih dari 20 persen dari wilayah konsesi pemasok, serta melindungi lebih dari 600.000 hektar hutan alam," tambah Elim Sritaba.

Dalam proses pemulihan 7.000 hektar lahan gambut, sebanyak 20 penyuplai tidak bisa memberikan suplai mereka.

"Mereka bukan kami putus (kontrak), tetapi yang setelah masuk proses assestment istilahnya tidak lulus menjadi supplier," kata Elim.

Untuk memenuhi kebutuhan industri pulp dan kertas, mereka mengatakan tetap memanfaatkan lahan yang ada.  

"Kami menemukan ruang untuk melakukan perbaikan-perbaikan bahwa dengan hektaran yang sama, memperbaiki kualitas, tentunya kami bisa mendapatkan kayu yang lebih banyak," ujarnya.

Di luar itu, APP Sinar Mas juga melakukan impor bahan baku dari sejumlah negara.

"Kami impor keping kayu (wood chip) dari Vietnam dan Australia," ujar Managing Director APP Sinar Mas Goh Lin Piao dalam kesempatan yang sama.  

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/24/205844626/sinarmas-akan-sudahi-perkebunan-7000-hektar-lahan-gambut

Terkini Lainnya

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke