Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ekspor Kayu Lapis ke Korsel, Pasar Menggiurkan bagi Indonesia

Sementara itu, total perdagangan Indonesia-Korea Selatan sebesar 13,68 miliar dollar AS atau Rp 191 triliun pada 2016 atau menurun 15,79 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Nilai ekspor Indonesia ke Korea Selatan sebesar 7 miliar dollar AS pada 2016 atau merosot 17,53 persen dalam lima tahun terakhir.

Pada Januari-April 2017, ekspor Indonesia ke Korea Selatan senilai 2,64 miliar dollar AS atau meningkat 14,09 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Peningkatan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan menjadi Special Strategic Partnership ditandatangani oleh kedua kepala negara di Istana Kepresidenan Bogor pada 9 November 2017. Kerja sama tersebut meliputi 4 sektor, yaitu bidang ekonomi, transportasi, industri dan pertahanan.

Di bidang ekonomi, kedua kepala negara bersepakat meningkatkan perdagangan hingga 30 miliar dollar AS pada 2022. Hal tersebut dapat menjadi potensi besar peningkatan ekspor produk Indonesia terutama komoditi unggulan.

Produk ekspor komoditi unggulan Indonesia ke Korea Selatan meliputi batu bara, briket, ovoid dan padatan serupa, bahan manufaktur dari batu bara, bijih tembaga dan konsentrat, karet alam, kayu lapis, panel veener, bubur kertas, soda, dan beberapa barang manufaktur lain.

Selama 2012-2016, nilai impor kayu lapis Korea Selatan mengalami peningkatan dengan tren sebesar 5,6 persen. Pada 2013 dan 2014, nilai impor mengalami kenaikan masing-masing sebesar 11,2 persen dan 7,7 persen.

Selanjutnya, pada 2015, nilai impor sempat mengalami penurunan 2 persen, kemudian kembali mengalami peningkatan pada 2016, yakni sebesar 8,8 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya.

Impor kayu lapis dari Indonesia terus mengalami peningkatan di tahun 2013, 2014, 2015, dan 2016, masing-masing sebesar 12 persen, 44,1 persen, 29,7 persen, dan 29,9 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Oleh karena itu, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengungguli China dan menguasai pasar kayu lapis di Korea Selatan.

Berdasarkan data ITC, dapat diketahui bahwa pada 2012-2016, impor produk kayu lapis Korea Selatan selalu dikuasai oleh China.

Pada tahun 2016, China memasok sebesar 27,2 persen dari total impor. Posisi negara asal impor selanjutnya ditempati oleh Indonesia (26,5 persen), Malaysia (18,5 persen), Vietnam (17,1 persen), Finlandia (4,1 persen), dan Rusia (3,2 persen).

Kelima negara tersebut hanya menyisakan pangsa pasar sebesar 3,4 persen untuk negara-negara lain (lihat grafik).


Impor kayu lapis dari Indonesia ke Korsel terus mengalami peningkatan pada 2013, 2014, 2015, dan 2016, masing-masing sebesar 12 persen, 44,1 persen, 29,7 persen, dan 29,9 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Ada beberapa hambatan dalam upaya peningkatan ekspor ini di antaranya iklim dapat memengaruhi kualitas produk kayu lapis.

Perbedaan iklim dari Indonesia dan Korsel dapat membuat ukuran kayu lapis berubah (mengembang atau menyusut). Selain itu, ada kemungkinan produk menjadi melengkung, terpuntir, ataupun retak.

Kesadaran tentang sertifikasi untuk produk dari kayu masih rendah, tetapi beberapa tahun terakhir kesadaran tersebut semakin meningkat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Research Institute for Agriculture and Life Sciences, Seoul National University, tiga dari empat konsumen bersedia untuk membeli produk dari kayu yang bersertifikat.

Sebanyak 61,8 persen responden bersedia membayar lebih mahal 0-10 persen produk dari kayu bersertifikat. Oleh karena itu, akan lebih baik bagi eksportir kayu lapis Indonesia untuk melampirkan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia.

Dalam upaya peningkatan ekspor perlu adanya strategi pemasaran, hal ini dapat dilakukan untuk mempermudah proses pemasaran produk kayu lapis di Korsel, di antaranya produk do it yourself (DIY) memiliki tren positif. Produsen kayu lapis Indonesia dapat menjalin kerja sama dengan perusahaan furnitur DIY yang membutuhkan bahan baku dari kayu lapis.

Selain itu, produsen juga dapat bekerja sama dengan kontraktor bangunan di Korea Selatan. Harga kayu lapis dari Indonesia lebih mahal dibandingkan dengan dari negara lain di Asia lain. Harga yang lebih mahal harus diimbangi dengan kualitas lebih baik.

Perlu pula berpartisipasi dalam pameran terkait dengan produk kayu lapis yang diadakan di Korea Selatan setiap tahun. Partisipasi dalam pameran diharapkan dapat memperluas koneksi para eksportir dan juga membantu memperkenalkan produk kayu lapis dari Indonesia.

Indonesia juga perlu menjalin kerja sama dengan dengan asosiasi lokal, Kantor Dagang Indonesia (Kadin) dapat berusaha menghubungi asosiasi pengusaha kayu lapis di Korea Selatan untuk mempelajari pasar, standar, kualitas, dan konsumen kayu lapis di negara tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya peningkatan kerja sama bilateral menjadi Special Strategic Partnership antara Indonesia dan Korea Selatan diharapkan dapat meningkatkan ekspor Indonesia, terutama produk kayu lapis yang sudah 5 tahun terakhir ini menjadi produk ekspor komoditi unggulan Indonesia ke Negeri Ginseng tersebut.

Achmad Ferry Kusuma Wardana
Mahasiswa S-2 Kyung Hee University
Perpika Korea Selatan (ppidunia.org)

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/28/165140426/ekspor-kayu-lapis-ke-korsel-pasar-menggiurkan-bagi-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke