Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengulik Potensi Ekonomi dari Tradisi Balon Udara di Jateng

Pelaksanaan festival tersebut awalnya merupakan upaya pemerintah dalam menekan tingginya temuan balon udara yang diterbangkan secara liar hingga membahayakan keselamatan penerbangan.

"Kegiatan ini merupakan inovasi baru dalam memberikan hiburan penerbangan balon udara kepada masyarakat tanpa mengganggu tradisi yang ada. Selain itu, acara seperti ini juga dapat meningkatkan ekonomi warga setempat," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Agus Santoso, kepada pewarta di lokasi festival, Selasa.

Festival Balon Udara memang menarik minat warga setempat. Bahkan, keramaian juga membuat pedagang menggelar lapak di lokasi festival mulai dari makanan hingga pernak-pernik.

Dari tradisi menjadi potensi ekonomi

Pelepasan balon udara bagi warga Jawa Tengah merupakan tradisi turun temurun menyambut 1 Syawal.

Dahulu, setiap keluarga dari satu rumah bisa membuat balon udara kecil dan menerbangkannya sendiri.

Lama kelamaan, kebiasaan itu berkembang hingga muncul komunitas yang secara serius membuat balon berukuran besar lengkap dengan hiasan dan corak yang khas.

Anggota komunitasnya yang berjumlah 10 orang juga menyiapkan dana untuk membuat balon yang berbahan dasar kertas minyak itu.

"Kami patungan buat bikin balon sekitar Rp 800.000. Biayanya bervariasi, tergantung kreativitas dan bahan apa yang dipakai," tutur Vicky.

Vicky dan teman-temannya mengungkapkan tidak masalah mengeluarkan uang sendiri untuk membuat balon udara.

Merekapun berharap dari tradisi yang sudah ada, warga bersama pemerintah bisa sama-sama membuatnya jadi potensi pariwisata yang menarik turis domestik maupun mancanegara.

"Ya siapa tahu bisa jadi kayak (festival balon) di luar negeri," ujar Vicky.

Pada hari pertama festival, baso dagangannya laris lebih cepat ketimbang berjualan seperti biasanya.

"Alhamdulillah ini dua jam bawa (dagangan) full sekarang sudah hampir habis. Tukang es sebelah saya juga banyak yang beli, laris juga di sini," kata Rahman.

Pemerintah bersama pemda setempat berencana menyelenggarakan festival serupa sebagai agenda rutin untuk jangka waktu tertentu ke depannya.

Temuan balon liar menurun

Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav mencatat, sejak Java Balloon Festival diadakan laporan pilot mengenai temuan balon udara di ketinggian jelajah pesawat mulai turun.

Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto menyebutkan, jika pada Jumat (15/6/2018) yang adalah hari pertama Lebaran ada 71 laporan balon udara liar, berangsur turun jadi 15 laporan pada Minggu (17/6/2018).

Angka tersebut semakin turun pada hari Senin (18/6/2018), di mana hanya ada 4 laporan balon udara dari pilot yang melintas di langit Jawa.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/06/20/070700426/mengulik-potensi-ekonomi-dari-tradisi-balon-udara-di-jateng

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke