Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pelemahan Rupiah Diprediksi Bisa Berlanjut

"Nilai tukar rupiah bisa tembus Rp 14.300. Pelemahan rupiah masih potensi berlanjut hingga semester 2 sebagai dampak dari tekanan global," kata ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (28/6/2018) sore.

Menurut Bhima, tekanan global yang mendorong pelemahan rupiah adalah ketegangan perang dagang yang berlanjut serta ekspetasi kenaikan Fed Fund Rate sampai 4 kali dalam tahun ini. Faktor lain yang tak kalah penting adalah kenaikan harga minyak sebagai dampak pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyerukan boikot impor minyak dari Iran.

"US dollar index langsung loncat ke 95. Artinya, dollar AS menguat terhadap mata uang dominan lainnya," tutur Bhima.

Dari dalam negeri, pelaku pasar disebut menilai sejumlah indikator ekonomi ada di bawah ekspetasi. Di antaranya dari defisit neraca perdagangan bulan Mei sebesar 1,52 miliar dollar AS, defisit transaksi berjalan yang makin melebar, serta koreksi berbagai lembaga internasional terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini yang ditargetkan pemerintah sebesar 5,4 persen.

"Itu yang membuat pelaku pasar melakukan aksi jual bersih di bursa saham dan pasar surat utang. Jadi, efek sinyal kenaikan bunga acuan sangat kecil dampaknya," ujar Bhima.

Terhadap kebijakan moneter, Bank Indonesia akan membahasnya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dijadwalkan pada 28 dan 29 Juni 2018. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo sebelumnya mengungkapkan BI membuka kemungkinan menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Repo Rate untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/06/28/173700626/pelemahan-rupiah-diprediksi-bisa-berlanjut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke