Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Schroders: IHSG Bisa Bergerak Menguat, tapi Sulit Kembali ke Titik Tertinggi

Mengutip Kontan.co.id, Jumat (6/7/2018), Executive Vice President PT Schroders Investment Management Indonesia M. Renny Raharja, menjelaskan, kondisi ini tak dialami pasar Indonesia sendirian.

Indeks saham  misalnya, meski turun 9,70 persen secara year-to-date (ytd), IHSG melemah bersama dengan hampir seluruh indeks saham global lainnya seperti Nikkei 225, Shanghai Composite, Hang Seng, FTSE 100, bahkan DJIA US.

"Bicara soal rupiah juga sama, kita bukan yang terburuk. Peso Filipina dan rupee India masih depresiasinya masih lebih dalam lagi," ujar Renny, Kamis (5/7/2018).

Renny menambahkan, kondisi pasar yang lesu saat ini disebabkan oleh sejumlah faktor. Pertama, faktor eksternal yang beragam, mulai dari pergeseran kebijakan moneter bank-bank sentral besar dunia, tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta tekanan pada sektor teknologi di pasar saham AS.

Sementara secara domestik, nilai mata uang rupiah masih terus mendapat tekanan dari kondisi defisit perdagangan dan neraca berjalan yang masih langgeng. Tambah lagi, pertumbuhan konsumsi masyarakat tampaknya masih terus melambat di tahun ini.

Melihat posisi kurs Rupiah saat ini, Renny berpendapat, bahwa saat ini yang harus menjadi fokus Bank Indonesia (BI) bukan menguatkan nilai tukar, melainkan menjaga stabilitas. "Stabilitas rupiah merupakan salah satu hal terpenting yang menjadi perhatian investor karena pada dasarnya pasar ekuitas dan obligasi kita masih cukup menarik," kata Renny.

Renny melihat, kurs rupiah saat ini memang sudah mulai bergeser ke titik keseimbangan baru. Menurutnya, level Rp 14.000 per dollar AS sudah bukan level yang mengejutkan, sebab justru telah menjadi level normal yang baru.

Ia menilai, nilai tukar rupiah memang harus mengalami sedikit kenaikan akan tetap kompetitif di tengah kebijakan-kebijakan eksternal yang terjadi saat ini.

Untuk pasar saham domestik, Renny memproyeksi rata-rata pertumbuhan laba per saham atawa earning per share (EPS) tahun ini akan berkisar 10-11 persen. "Angka ini memang kami koreksi dari proyeksi sebelumnya sekitar 12-13 persen di awal tahun," ujarnya.

Ia masih meyakini, indeks saham akan kembali mengalami rebound. Hanya saja, ia tak begitu yakin, IHSG akan kembali mencapai posisi tertinggi historisnya di level 6.600-6.700.

"Butuh data ekonomi positif yang signifikan kalau mau membuat IHSG rebound sampai ke level tertingginya lagi. Yang terpenting, rupiah bisa kembali stabil, data ekonomi membaik, dan suhu politik tetap terjaga," imbuhnya.

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Schroders: IHSG bisa rebound, tapi sulit kembali ke titik tertinggi

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/06/103000826/schroders--ihsg-bisa-bergerak-menguat-tapi-sulit-kembali-ke-titik-tertinggi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke