Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perjalanan Suku Bunga Acuan Semester I Hingga Direm di 5,25 Persen

Hal tersebut dilakukan untuk menyelamatkan rupiah dari tekanan nilai mata uang dollar AS. Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Dewan Gubernur BI.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djayadi mengatakan, naiknya suku bunga acuan merupakan konsekuensi dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

"Kalau kita ingin kendalikan kurs, konsekuensinya suku bunga BI Rate harus dinaikkan," ujar Inarno.

Terakhir, rapat dewan gubernur BI digelar pada 18-19 Juli 2018. Untuk pertama kalinya selama 2018, BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan yang kini bertengger di angka 5,25 persen.

Berikut perjalanan suku bunga acuan dalam semester I 2018:

1. Naik 25 bps (18 Mei 2018)

Pertama kali dalam tahun ini suku bunga acuan dinaikkan pada 18 Mei 2018.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,50 persen.

Selain itu Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga Deposit Facility 25 bps menjadi 3,75 persen dan suku bunga Lending Facility naik 25 bps jadi 5,25 persen.

Gubernur BI saat itu, Agus Martowardojo mengatakan, kebijakan yang ditempuh merupakan bagian dari bauran kebijakan BI untuk menjaga stabilitas perekonomian Indonesia di tengah kondisi ketidakpastian global.

"BI ingin meyakini adanya depresiasi ataupun ekspetasi defisiasi yg dapat menimbulkan resiko kepada inflasi dan kita tidak ingin depresiasi ini berdampak kepada infalsi dan akhirnya berdampak kembali kepada depresiasi," ujarnya.

Namun, ternyata kenaikan suku bunga acuan saat itu tak berpengaruh pada posisi rupiah. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI menunjukkan rupiah justru merosot dari posisi sebelumnya, Rp 14.074 pada 17 Mei menjadi Rp 14.107 pada 18 Mei pagi.

2. Naik 25 bps (29 Mei 2018)

Kenaikan suku bunga acuan pada 18 Mei rupanya tak cukup membantu menguatkan rupiah. Justru, rupiah kian melemah. Akhirnya, pada 28-29 Mei 2018, BI kembali menggelar rapat dewan gubernur yang hasilnya menaikkan suku bunga acuan 25 bps. Dengan demikian, suku bunga berada di posisi 4,75 persen. Langkah ini disebut sebagai upaya preventif memperkuat stabilitas ekonomi, terutama terkait nilai tukar rupiah.

BI memandang ada kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate yang lebih tinggi dan meningkatnya risiko di pasar keuangan global.

Sehari setelah BI menaikkan suku bunga acuan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menguat tipis. Berdasarkan data nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang ditampilkan Bloomberg, rupiah menguat tipis 12 poin ke level Rp 13.983 per dollar AS di pasar spot dibandingkan penutupan sehari sebelumnya pada level Rp 14.025 per dollar AS.

3. Naik 50 bps (29 Juni 2018)

BI memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen. Keputusan diambil setelah dewan gubernur BI menggelar rapat pada 28-29 Juni 2018.

Selain BI 7-Days Reverse Repo Rate, Deposit Facility Rate juga naik 50 bps menjadi 4,5 persen, demikian pula suku bunga landing  facility juga meningkat 50 bps menjadi 6 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dasar pertimbangan keputusan ini adalah sebagai langkah preventif BI untuk memperkuat stabilitas ekonomi, utamanya stabilitas nilai tukar terhadap perkiraan kenaikan suku bunga Amerika (Fed Fund Rate) hingga 4 kali tahun dan meningkatnya risiko di pasar keuangan global. Bank Indonesia meyakini kebijakan yang ditempuh dapat memperkuat stabilitas ekonomi khusunya rupiah.

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pun bergeser naik ke posisi Rp14.309 setelah sempat anjlok ke posisi Rp14.357 per dolar AS.

4. Tahan suku bunga acuan (19 Juli)

Berdasarkan rapat dewan gubernur pada 18-19 Juli 2018, BI mempertahankan suku bunga acuan di angka 5,25 persen. Semengara Deposit Facility Rate tetap 4,5 persen dan suku bunga landing facility tetap 6 persen.

Perry mengatakan, keputusan tersebut konsisten dengan keyakinan dan upaya BI mempertajam daya tarik pasar keuangan domestik di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. BI melihat belum ada intervensi ekonomi global yang krusial untuk menaikkan suku bunga.

BI melihat tingkat inflasi hingga Juni 2018 masih aman meski naik menjadi 0,59 mtm.

Selain itu, neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2018 mencatat surplus, didukung surplus neraca perdagangan nonmigas dan penurunan defisit neraca perdagangan migas. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2018 diperkirakan tetap baik didukung oleh permintaan domestik yang tetap kuat.

Perry mengatakan, ke depannya BI akan terus memantau perkembangan kondisi ekonomi global dan melakukan evaluasi secara berkala.

"Meski kami hitung ada dua kenaikan fed fund rate, akan kita pantau dari bulan ke bulan aspek yang akan mempengaruhi kenaikan fed fund rate," kata Perry.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/20/085633826/perjalanan-suku-bunga-acuan-semester-i-hingga-direm-di-525-persen

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke