"Pertama kali kami temui produk palsu ada di sebuah department store yang cukup besar, tahun 1996. Kami pertama beli produknya, lalu display di counter kami," kata pendiri Dagadu, Ahmad Noor Arief, saat berbincang dengan Kompas.com di acara The Big Start Indonesia Season 3 yang diselenggarakan Blibli.com di Stadion Mandala Krida, Jumat (27/7/2018).
Kebetulan saat itu produk tiruannya ada di sebuah department store yang letaknya tidak jauh dari kios pertama Dagadu. Produk tiruan yang dibeli tadi dipasang dan diberi keterangan "yang Asli Ada di Sini, yang Palsu Ada di Depan Situ".
Tidak berselang lama setelah keterangan itu dipasang, menurut Arief, dia didatangi manajer department store yang menjual produk tiruan Dagadu. Sang manajer meminta penjelasan, kemudian diberi tahu oleh Arief bahwa kaos yang mereka jual kemungkinan besar palsu dan bukan asli dari Dagadu.
Setelah diberi pengertian, manajer tersebut langsung menarik semua produk tiruan di tokonya. Itu pertama kalinya Dagadu menyadari bahwa produknya ditiru oleh orang lain yang tak bertanggung jawab.
"Sebagai anak muda yang masih hijau, saat itu kami kaget saja. Oh, benar nih ada yang niru," tutur Arief.
Tidak cukup dengan hal itu, setelah kejadian itu Arief bersama pendiri yang lain kerap menemui plagiator yang dengan sengaja menjual kaos Dagadu abal-abal. Bahkan, jumlahnya cukup besar hingga membuat para pendiri Dagadu memutar otak bagaimana menangani hal tersebut.
"Kami merasa tidak punya cukup kemampuan untuk ngomong sama para pelaku, kami fokus saja pada pelanggan. Maka muncul kampanye 'Awas Dagadu Asli'. Jadi, bukan awas Dagadu palsu, tapi awas Dagadu asli. Karena, kalau tidak awas, tidak mungkin dapat yang asli," ujar Arief.
Dia memisalkan seperti orang yang menjalin hubungan. Ketika antara dua orang sudah sama-sama yakin, meski banyak yang mempengaruhi, tidak akan bisa mengubah preferensi orang yang telah yakin tersebut.
"Kebanyakan yang niru itu, maaf, dari orang-orang kecil yang bikin satu lusin. Itu kami punya pertimbangan bagaimana memberikan pengertian pada mereka. Tapi, kalau sudah melibatkan modal besar, kami mulai mengatasi masalah yang ibarat obat dosisnya dinaikkan, menempuh jalur hukum," ucap Arief.
Saat ini, Dagadu sudah berdiri selama 24 tahun. Dagadu memiliki berbagai brand lain yang menjadi turunan dari usaha bernama PT Aseli Dagadu Djokdja, dengan total penjualan mencapai 40.000 sampai 50.000 pieces tiap bulannya.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/30/111200026/kiat-dagadu-menghadapi-produk-palsu