Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Indef: Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Hanya Sementara

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2018 sebesar 5,27 persen dan dipandang tinggi hanya sementara.

Pasalnya, kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur, serta bantuan sosial dan subsidi berdampak kecil terhadap peningkatan sektor produktif.

"Dan termasuk terbatas, ada kenaikan (produktivitas) tapi terbatas. Kalau dibandingkan, pertumbuhan government expenditure (belanja pemerintah) dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga itu tidak sebanding, ternyata masuknya di inventory," jelas Enny ketika memberikan penjelasan kepada awak media, Kamis (7/8/2018).

Inventory adalah merupakan stok bahan yang digunakan untuk memudahkan sistem produksi.

Lebih lanjut Enny menjelaskan, tingginya inventory di kuartal II 2018 menunjukkan indikasi produktivitas yang cenderung turun pada kuartal berikutnya.

Enny menjelaskan, stimulus yang diberikan pemerintah umumnya hanya dimanfaatkan  masyarakat untuk menambah belanja.

Hal ini tidak mendorong munculnya dampak rentetan pada sisi produksi. Sebab, belanja yang dilakukan pun berasal dari impor.

"Mudahnya, ada bansos (bantuan sosial) ada rastra (beras sejahtera) untuk pengurangan pembelian beras, tapi di sisi produksinya tidak bergerak karena yang dipenuhi dan dibeli, kebanyakan menyerap bahan impor sehingga inventory meningkat. Secara statistik produksi memang tumbuh tapi pertumbuhannya itu mandek," jelas Enny.

Alasan lain dari tidak berlanjutnya pertumbuhan ekonomi tinggi pada kuartal III ditunjukkan dari struktur komponen BPS yang tidak koheren dengan kondisi pasar. Enny mencontohkan, data BPS menunjukkan sektor pertanian menyumbang pertumbuhan ekonomi 0,64 persen, dibandingkan kuartal I 2018 sebesar 0,42 persen.

Untuk tanaman pangan, angkanya sebesar 3,42 persen, mencatat pertumbuhan positif dibandingkan kuartal I 2018 yang minus 3,47 persen. Kemudian, tanaman hortikultura juga mengalami peningkatan, yakni 8,5 persen dibandingkan kuartal I 2018 di kisaran 7 persen.

"Tapi kita lihat harga bahan pokok naik, seperti cabai merah dan sayur-mayur yang kebanyakan juga impor. Kita bingung itu kenaikannya dari mana. Kemarin Mentan (Menteri Pertanian) bilang bisa ekspor bawang merah tapi secara agregat kita masih defisit, kebutuhan dalam negeri masih besar," ujar Enny.

Ia menyimpulkan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada kuartal II 2018 bersifat temporer. Sebab, pertumbuhan hanya didorong konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah sifatnya tak berkesinambungan.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,27 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II 2018. Adapun secara kuartalan (qtq), pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,21 persen.

Kenaikan ini cukup menggembirakan karena di luar ekspektasi.

Dalam lima tahun terakhir, sejak kuartal I 2014, pertumbuhan ekonomi berada di kisaran rata-rata 4,7 hingga tertinggi 5,21 persen. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2018 menjadi yang tertinggi sejak 2014.


https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/07/180719626/indef-pertumbuhan-ekonomi-tinggi-hanya-sementara

Terkini Lainnya

Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dengan Perusahaan Jasa Titipan

Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dengan Perusahaan Jasa Titipan

Whats New
Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
BKKBN Sosialisasi Cegah Stunting Melalui Tradisi dan Kearifan Lokal 'Mitoni'

BKKBN Sosialisasi Cegah Stunting Melalui Tradisi dan Kearifan Lokal "Mitoni"

Whats New
Cara Membuat CV agar Dilirik HRD

Cara Membuat CV agar Dilirik HRD

Work Smart
Tumbuh 22,1 Persen, Realisasi Investasi RI Kuartal I 2024 Capai Rp 401,5 Triliun

Tumbuh 22,1 Persen, Realisasi Investasi RI Kuartal I 2024 Capai Rp 401,5 Triliun

Whats New
Cara Menjawab 'Apakah Ada Pertanyaan?' Saat Wawancara Kerja

Cara Menjawab "Apakah Ada Pertanyaan?" Saat Wawancara Kerja

Work Smart
Mandiri Capital Indonesia Siap Jajaki Pasar Regional dan Global

Mandiri Capital Indonesia Siap Jajaki Pasar Regional dan Global

Whats New
'Buka-bukaan' Menteri KKP soal Aturan Penangkapan Ikan Terukur, Akui Banyak Diprotes

"Buka-bukaan" Menteri KKP soal Aturan Penangkapan Ikan Terukur, Akui Banyak Diprotes

Whats New
Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA-S1, Simak Persyaratannya

Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA-S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Bos BI Percaya Digitalisasi Bisa Dorong RI Jadi Negara Berpenghasilan Menengah Ke Atas

Bos BI Percaya Digitalisasi Bisa Dorong RI Jadi Negara Berpenghasilan Menengah Ke Atas

Whats New
Rincian Biaya Admin BRI BritAma 2024 per Bulan

Rincian Biaya Admin BRI BritAma 2024 per Bulan

Spend Smart
BRI Finance Beri Pinjaman sampai Rp 500 Juta dengan Jaminan BPKB

BRI Finance Beri Pinjaman sampai Rp 500 Juta dengan Jaminan BPKB

Whats New
Permintaan Cetakan Sarung Tangan Karet Naik, Kerek Laba MARK 134 Persen pada Kuartal I-2024

Permintaan Cetakan Sarung Tangan Karet Naik, Kerek Laba MARK 134 Persen pada Kuartal I-2024

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
IHSG 'Bullish,' Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG "Bullish," Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke