Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sebabkan Kurs dan Saham Asia Anjlok, Apa yang Terjadi di Turki?

NEW YORK, KOMPAS.com - Kondisi ekonomi di Turki menyebabkan mata uang dan indeks saham sejumlah negara berkembang anjlok. Nilai tukar rupiah melemah hingga menembus Rp 14.600 per dollar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 3,55 persen pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (13/8/2018).

Apa sebenarnya yang terjadi di Turki?

Anjloknya mata uang lira telah menimbulkan kekhawatiran adanya krisis ekonomi. Krisis ini pun dikhawatirkan bisa merambat ke negara-negara berkembang lainnya maupun sistem perbankan di Eropa.

Mengutip CNBC, Presiden Recep Tayyip Erdogan menuduh anjloknya lira sebagai dampak dari “operasi melawan Turki” dan menampik analisis bahwa ekonomi negara yang dipimpinnya menghadapi masalah.

Para analis dari JP Morgan Asset Management memandang, Turki saat ini seperti berada di tengah badai, yakni kondisi finansial yang memburuk, bergoyangnya sentiment investor, pengelolaan ekonomi yang tak memadai, hingga ancaman pengenaan tarif oleh AS.

“Meski Turki hanya menyumbang persentase kecil terhadap perekonomian dan pasar keuangan global, namun investor khawatir tentang isu di Turki yang akan menimbulkan kekacauan di pasar-pasar lainnya di dunia, khususnya di Eropa,” tulis para analis dalam laporannya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Turki adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi terpesar di dunia. Bahkan, laju pertumbuhan ekonomi Turki melampaui China dan India pada tahun 2017 lalu.

Pada kuartal II 2018, pertumbuhan ekonomi Turki menembus 7,22 persen. Namun, capaian tersebut didorong pula oleh utang luar negeri, menurut para analis.

Ketika bank sentral di seluruh dunia mengucurkan uang untuk menstimulasi ekonomi pasca krisis keuangan global, korporasi dan perbankan Turki malah berutang dengan denominasi mayoritas dollar AS.

Utang tersebut di satu sisi mendorong konsumsi dan belanja. Akan tetapi, di sisi lain membuat Turki mengalami defisit fiskal dan defisit transaksi berjalan.

Dana Moneter Internasional (IMF) melaporkan, rasio utang luar negeri Turki saat ini mencapai lebih dari 50 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Indonesia sebenarnya juga mengalami defisit fiskal dan defisit transaksi berjalan. Rasio utang luar negeri Indonesia pun mencapai 30 persen terhadap PDB.

Meskipun demikian, menurut Richard Briggs, analis dari CreditSights, Turki tak seperti Indonesia yang memiliki cadangan devisa yang cukup untuk menyelamatkan ekonomi dari gejolak.

Cadangan devisa Turki cenderung rendah. Selain itu, sebagian besar valas yang ada di Turki dimiliki oleh perbankan dan bisa kapan saja ditarik oleh nasabah.

Artinya, ketika mata uang lira anjlok, maka Turki tak bisa menggunakannya untuk menyelamatkan mata uang agar tak melemah lebih lanjut. Jika situasi bertambah buruk, maka Turki harus mencari jalan lain, termasuk opsi penyelamatan oleh IMF.

Tak hanya itu, ekonomi Turki juga mengalami inflasi yang cukup tinggi, hingga mencapai 16 persen pada Juli 2018. Angka ini jauh melebihi target yang dipatok bank sentral, yakni 5 persen.

Menaikkan suku bunga sebenarnya bisa menjadi solusi atas masalah inflasi hingga pelemahan nilai tukar. Akan tetapi, Erdogan menyatakan ia memilih suku bunga yang rendah untuk terus memacu pertumbuhan ekonomi.

"Presiden Erdogan terus memprioritaskan pertumbuhan (ekonomi) dan suku bunga rendah yang akan memperpanjang krisis saat ini ketimbang memungkinkan ekonomi kembali seimbang. Ia tetap bersikeras dan pasar tak memiliki kepercayaan terhadapnya. Ini perpaduan yang berbahaya," tutur Briggs.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/13/175445026/sebabkan-kurs-dan-saham-asia-anjlok-apa-yang-terjadi-di-turki

Terkini Lainnya

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke