Menurut Sri Mulyani, salah satu penyebabnya karena waktu libur setelah Lebaran yang cukup panjang.
"Statistik Juli ini agak anomali karena kemarin kan ada libur panjang. Jadi kegiatan impor banyak yang dilakukan sebelum Lebaran, libur panjang, dan dikompensasi di bulan Juli," ujar Sri Mulyani di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (15/7/2018).
Sri Mulyani mengatakan, data statistik tersebut harus diamati lebih spesifik untuk melihat tren yang sebenarnya terjadi seperti apa. Meski data statistik kurang menggembirakan, pemerintah akan tetap fokus melakukan perbaikan dari sisi neraca pembayaran kita.
"Terutama dari sisi trade account dan current account defisit," kata Sri Mulyani.
Sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo, kata Sri Mulyani, pemerintah akan melakukan pengendalian secara konsisten. Tujuannya agar pertumbuhan ekonomi Indonesia terjaga meski dihimpit lingkungan global yang tidak kondusif ini.
"Kalau kita mengeliminasi tidak bisa, paling tidak kita bisa menahan distrubution dari lingkungan global yang sedang bergejolak," kata Sri Mulyani.
Sebelumnya, Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, penyebab defisit kali ini tidak biasa, sebab disumbang baik oleh defisit neraca perdagangan migas, maupun non migas.
"Untuk migas, defisit 1,18 miliar dollar AS, sedangkan non migas 842,2 juta dollar AS. Ya semoga ada perbaikan, sehingga bisa surplus di akhir tahun seperti tahun lalu," kata Suhariyanto.
Secara komulatif, posisi neraca perdagangan Januari hingga Juli 2018 tercatat defisit sebesar 3,09 miliar dolar AS. Sebab, hingga bulan Juli kali ini, neraca perdagangan Indonesia sudah defisit sebanyak 5 kali, kecuali di bulan Mei dan Juni tahun 2018.
"Bisa dilihat defisit 3 miliar dollar AS ini disebabkan oleh migas, karena kenaikan harga migas yang luar biasa dan kebutuhan migas membuat neraca perdagangan migas kita defisit 6,653 miliar dollar AS," tutur Suhariyanto.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/15/154931426/sri-mulyani-statistik-juli-agak-anomali-karena-libur-panjang