Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sasar Wisatawan Candi Borobudur, Kementan Kampanye Bahan Pangan Lokal

Selain wisatawan lokal, sasaran diutamakan kepada turis mancanegara. Tujuannya, agar setiba di negara tujuan, para wisatawan tersebut menceritakan keunggulan hasil pangan Indonesia, di antaranya kopi dan kedelai.

"Tujuan kita di sini adalah, setiba di negara tujuan, para wisatawan tersebut dengan suka rela menceritakan keunggulan hasil pangan Indonesia, di antaranya kopi dan kedelai," kata Ahli Kinesiology dr Hanson di Magelang, Sabtu (18/8/2018).

Dia menerangkan Kinesiology adalah teknik untuk melihat kemampuan tubuh melalui respon otot. Dengan metode ini, tubuh mampu memilih makanan yang cocok dan baik melalui respon otot.

Ia secara langsung mencontohkan dengan meminta perwakilan masyarakat untuk memegang beberapa foto sumber makanan yang ada kemudian dilihat bagaimana respon tubuhnya.

Uniknya, jika memegang foto atau gambar sumber makanan lokal, kondisi otot berada dalam keadaan optimum atau menjadi kuat. Sebaliknya, bila memegang foto atau gambar sumber makanan yang berasal luar negeri (impor), kondisi otot menjadi melemah.

“Kinesiology akan dampak positif kopi yang ditunjukkan. Bahwa asal pangan yang baik bisa dikenali oleh tubuh. Masukan pangan yang baik dapat menguatkan tubuh, meningkatkan kepercayaan diri serta membuat tubuh jauh lebih energik. Hal sebaliknya justru melemahkan tubuh,” kata dia.

"Kita akan buktikan pangan lokal bisa membuat tubuh berpotensi kuat seperti nenek moyang dulu. Kita bisa naik turun tangga Candi Borobudur tanpa lelah, wajahnya tersenyum,” lanjut Hanson.

Ketika ditanyakan pada salah satu wisatawan asal Kroasia Renata, usai mencicipi kopi asal Indonesia dengan panduan sikap dan cara langkah yang benar, ia merasa langkah kakinya lebih ringan.

"Yes, I feel lighter, not tired and actually happy," kata Renata saat melakukan beberapa sikap tubuh dan langkah.

Hal sama diungkapkan Esad, suami Renata. Ia mengatakan, langkahnya terasa ringan, jauh lebih baik dari sebelumnya.

"I feel much better and a happy smile,” kata dia.

Ia menjelaskan, tubuh dapat mengenali tanda ketidakseimbangan yang mempengaruhi kesehatan. Tubuh pun dapat mengenali cara memperbaiki melalui respon otot.

Input yang baik dapat mencapai keseimbangan aliran energi pada sistem tubuh. Hasil akhirnya adalah sehat pikiran dan tubuh.

"Saya seperti terbang, tidak punya lelah. Kalau mau berhenti susah itu. Seperti ada dorongan,” ujar dia.

Hal ini tentu berdampak positif dalam menanggulangi kebiasaan mengonsumsi pangan impor, yang dianggap lebih murah. Jika generasi muda sudah sadar pentingnya mengonsumsi pangan lokal, maka ke depannya petani akan semakin sejahtera dan bahagia.

“Kami dorong dinas pertanian bagaimana memanfaatkan pangan lokal seperti kedelai, kentang, kopi yang berdampak ke wisatawan. Diharapkan naik turun tangga tidak lelah," ujar Suwandi.

Dia menekankan pangan lokal memiliki potensi yang luar biasa. Misalnya, kedelai lokal non-GMO, rasanya jauh lebih legit.

Buah impor dan lokal rasanya saja lebih enak. Pangan lokal jelas cita rasa dan asal usulnya, tanpa treatment.

“Pangan lokal unsurnya lebih fresh dibanding impor. Ayo kita sukai pangan lokal kita,” ujarnya.

Kementerian Pertanian selama ini berupaya menjaga dan meningkatkan kualitas pangan Indonesia selain dari sisi kuantitas produksi.

Upaya yang telah dilakukan di antaranya peningkatan pembudidayaan secara organik dan peningkatan kualitas.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/19/004900226/sasar-wisatawan-candi-borobudur-kementan-kampanye-bahan-pangan-lokal

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke