Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Krisis Keuangan Turki Bukan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

MANADO, KOMPAS.com - Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,50 persen.

Kenaikan suku bunga acuan tersebut dilakukan bank sentral sehari setelah krisis keuangan yang terjadi di Turki dan menyebabkan mata uang lira anjlok. Ini menyebabkan mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah, ikut melemah.

Meski demikian, Bank Indonesia (BI) menyatakan, krisis keuangan di Turki bukan hal utama yang menjadi alasan bank sentral menaikkan suku bunga. Kepala Divisi Asesmen Makroekonomi BI Fadjar Majardi menjelaskan, salah satu alasan yang dimaksud adalah defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

"BI menaikkan suku bunga salah satunya untuk mengendalikan current account deficit," kata Fadjar pada acara pelatihan wartawan ekonomi BI di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (24/8/2018).

Bank sentral, imbuh Fadjar, tetap berupaya menjaga defisit transaksi berjalan berada pada batas aman, yakni 3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Kenaikan suku bunga yang didasari pengendalian defisit transaksi berjalan pun dibarengi dengan kebijakan pemerintah.

Ia memberi contoh adalah kebijakan Kementerian ESDM untuk menaikkan lifting minyak dan menggenjot produksi batu bara. Selain itu, ada pula kebijakan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang menyeleksi 500 barang impor.

Alasan lainnya adalah pengetatan likuiditas global yang membuat tekanan terhadap mata uang negara-negara berkembang meningkat. Hal ini ditambah pula dengan kondisi yang terjadi di Turki.

Kondisi ini tak hanya terjadi di Indonesia, namun juga sejumlah negara berkembang lainnya.

Berangkat dari kondisi ini, sebut Fadjar, bank sentral harus mempertahankan daya tarik domestik di mata investor. Di satu sisi, pengetatan likuiditas global membuat investor ingin membawa dananya ke AS, namun di sisi lain Indonesia masih menarik lantaran memberikan imbal hasil (yield) obligasi yang memikat.

"BI mempertahankan daya tarik dengan menaikkan suku bunga," ucap Fadjar.


Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,27 Persen Sulit Terulang", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/24/121500426/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-5-27-persen-sulit-terulang.

Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan

Kepala Divisi Asesmen Makroekonomi BI Fadjar Majardi

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,27 Persen Sulit Terulang", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/24/121500426/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-5-27-persen-sulit-terulang.

Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/24/124256226/krisis-keuangan-turki-bukan-alasan-bi-naikkan-suku-bunga

Terkini Lainnya

Masih Merugi, Industri Fintech Lending Diharapkan Cetak Laba pada Kuartal II 2024

Masih Merugi, Industri Fintech Lending Diharapkan Cetak Laba pada Kuartal II 2024

Whats New
Surat Utang Diburu Investor, Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun

Surat Utang Diburu Investor, Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun

Whats New
Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Whats New
OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

Whats New
Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

Earn Smart
Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Whats New
Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Whats New
OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

Whats New
Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Whats New
Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Work Smart
PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

Whats New
MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

Whats New
Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Whats New
Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke