Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Genjot Devisa, Pemerintah Perkuat Sinergi Kebijakan Sektor Pariwisata

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah terus berupaya untuk menggenjot pendapatan devisa negara untuk mengurangi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang pada kuartal II tahun 2018 ini kembali melebar.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperkuat strategi kebijakan untuk pengembangan sektor pariwisata.

Upaya penguatan sinergi yang dilakukan, salah satunya antara pemerintah daerah dan badan usaha untuk akselerasi penguatan sektor pariwisata. Selain itu juga dengan merumuskan dan menetapkan upaya konkrit secara struktural sehingga dapat mengatasi permasalahan yang menghambat penguatan sektor pariwisata.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Regional II Bank Indonesia (BI) Dwi Pranoto mengatakan, kondisi pariwisata Indonesia cukup menguntungkan dibandingkan negara lain lantaran didukung oleh kondisi alam sekaligus kekayaan kearifan lokal. Namun, potensi tersebut harus terus digali lebih jauh sehingga berdampak secara luas terhadap kondisi perekonomian Indonesia.

"Kalau kita bicara pariwisata kita lebih beruntung dibanding negara lain karena kita unggul dari sisi nature, heritage, dan culture. Karena potensi pariwisata kita nature made bukan man made, sehingga itu perlu didorong lebih luas lagi," ujar dia dalam acara Bincang Bareng Media di Yogyakarta, Kamis (28/8/2018).

Sebagai informasi, defisit transaksi berjalan Indonesia di kuartal II 2018 mencapai 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau tertinggi sejak kuartal II 2014. 

Defisit sepanjang kuartal II mencapai 8 miliar dollar AS atau lebih tinggi dari periode kuartal I yang mencapai 5,7 miliar dollar AS. Angka ini juga lebih besar dibandingkan kuartal II tahun 2017 yang sebesar 5 miliar dollar AS.   

Pemerintah pusat, pemerintah daerah dengan potensi wisata, BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun kali ini fokus pada langkah-langkah koordinasi dan sinergi kebijakan yang diperlukan untuk mengakselerasi pengembangan sektor pariwisata.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Aida Budiman menjelaskan, BI pun terus menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan, baik dengan penyesuaian BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) atau memastikan nilai tukar terjaga dengan baik dengan kebijakan-kebijakan makroprudensial.

Perkembangan sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi salah satu alat untuk memperbaiki struktur CAD. Sebab, Aida menjelaskan, potensi penerimaan devisa melalui pariwisata, baik dari sisi transportasi maupun wisatawan cukup tinggi.

"Pada tahun 2017, penerimaan devisa dari sektor pariwisata sebesar 12,5 miliar dollar AS, tumbuh kurang lebih 20 persen dari tahun 2010 lalu yang masih 7 miliar dollar AS," ujar Aida pada kesempatan yang sama.

Sehingga pada akhirnya, Aida mengatakan, berkembangnya sektor pariwisata juga akan memberikan dampak lanjutan terhadap pertumbuhan penyerapan tenaga kerja dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkesinambungan, seimbang, dan inklusif.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/28/165139026/genjot-devisa-pemerintah-perkuat-sinergi-kebijakan-sektor-pariwisata

Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke