Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Upaya Pemerintah Stabilkan Ekonomi di Tengah Gejolak Dunia

Faktor itu misalnya kenaikan suku bunga, likuiditas dollar yang diperketat, kebijakan fiskal yang ekspansif, dan adanya kebijakan perang dagang yang diterapkan Presiden AS Donald Trump.

Bukan hanya Indonesia yang mengalami dampak kebijakan ekonomi Amerika ini, namun seluruh negara di dunia, khususnya negara berkembang dan negara emerging atau menuju maju.

Melalui rilis dari Kementerian Keuangan yang Kompas.com terima Jumat (14/9/2018) malam, meski rupiah melemah, namun perekonomian Indonesia dalam keadaan baik-baik saja, bahkan dapat dikatakan prima.

"Dari sisi kegiatan ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini justru sedang mengalami akselerasi setelah mengalami tekanan merosotnya merosotnya harga komoditas sejak 2015-2016," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dalam keterangan tertulis yang diterima dari Kementerian Keuangan, Jumat (14/9/2018) malam.

Pasalnya, perekonomian mengalami peningkatan hingga 5,17 persen, sementara pengangguran hanya ada di angka 5,13 persen, dan tingkat kemiskinan di angka 9,8 persen.

Angka pengangguran dan kemiskinan ini, menurut Kemenkeu, ada di titik terendah sepanjang dua dekade terakhir.

Namun, adanya normalisasi kebijakan moneter menyebabkan negara-negara emerging harus mengembalikan arus modal kepada Amerika. Hal ini menekan Neraca Pembayaran Indonesia dan mengurangi aliran arus modal yang masuk ke negara kita.

Sebelumnya, penerimaan negara dari arus modal yang masuk pada tahun 2016 dan 2017 mencapai masing-masing lebih dari 29 miliar dollar AS, sehingga dapat menutup defisit yang ada di angka 11 milliar dollar AS hingga 12 miliar dollar AS.

Sementara di semester I tahun ini, arus uang yang masuk hanya sebesar 6,5 miliar dollar AS. Sangat jauh berkurang dari tahun sebelumnya. Padahal transaksi berjalan mengalami defisit sebesar 13,7 miliar dollar AS. Praktis keuangan negara mengalami defisit 8,2 miliar Dollar AS.

"Hal ini menggerus cadangan devisa dan nilai tukar Rupiah. Masalah inilah yang sedang ditangani pemerintah," ujar Sri Mulyani.

Untuk mengatasi permasalahan ini, terdapat dua hal utama yang dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan ekspor dan mengendalikan impor baik barang maupun jasa.

Dalam upaya memperkuat daya saing produk dan jasa nasional di tingkat dunia, pemerintah melakukan perbaikan di berbagai sektor.

Misalnya, sektor pendidikan dengan memberi beasiswa hingga pendidikan tinggi, pembangunan infrastruktur khususnya di bidang kelistrikan, mempermudah perizinan, dan perbaikan layanan kepabeanan.

Usaha lain yang ditempuh pemerintah adalah melalui instrument fiskal dan pembiayaan, kemudian kebijakan di bidang perindustrian, pertanian, perikanan, pertambangan, kehutanan, dan perdagangan.

Semua itu dilakukan untuk mendukung eksportir dari dalam negeri. Namun, hasil dari semua upaya ini tidak dapat diperoleh dalam sekejap, untuk itu kebijakan yang sedang dijalankan harus dilanjutkan secara konsisten.

Untuk mengendalikan impor barang dan jasa, pemerintah menerapkan pajak pada barang-barang tertentu, mengurangi impor minyak dengan cara penggunaan biodiesel B20 sebagai pengganti solar, menggunakan komponen lokal pada berbagai proyek infrastruktur, dan menunda beberapa proyek yang menggunakan konten impor dalam skala besar.

Selain itu, pemerintah juga menggunakan insentif fiskal (tax holiday dan tax allowance) untuk investasi dalam negeri guna membangun instrumen hulu dan substitusi impor.

Upaya-upaya ini perlu dilakukan sesegera mungkin, karena peningkatan impor di Indonesia ada di angka 13,4 persen,lebih besar dibanding peningkatan ekspor yang hanya di angka 5 persen.

Ketiga, upaya yang dilakukan pemerintah untuk menyelesaikan defisit keuangan negara adalah dengan meningkatkan arus modal yang masuk ke Indonesia.

Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan meningkatkan daya tarik investasi dalam negeri, sehingga investor-investor tertarik, bersedia, dan menanamkan modalnya di Indonesia.

Semua upaya ini, jika dilakukan dan dilanjutkan secara konsisten, akan terlihat hasilnya pada periode-periode yang akan datang. Hal ini tentu sangat membawa dampak bagi reputasi Indonesia sebagai negara dengan perekonomian yang sehat dan kompetitif. 

"Inilah komitmen kenegarawanan dan kecintaan bagi negara di luar kepentingan sesaat," ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini. 

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/15/152104026/3-upaya-pemerintah-stabilkan-ekonomi-di-tengah-gejolak-dunia

Terkini Lainnya

Jokowi Turun Tangan Atasi Masalah Bea Cukai, Stafsus Sri Mulyani: Kami Sangat Bersyukur...

Jokowi Turun Tangan Atasi Masalah Bea Cukai, Stafsus Sri Mulyani: Kami Sangat Bersyukur...

Whats New
PT Inerman Gandeng Shanghai Electric Bangun PLTS Terapung di Cilamaya, Siapkan Investasi Rp 20,89 Triliun

PT Inerman Gandeng Shanghai Electric Bangun PLTS Terapung di Cilamaya, Siapkan Investasi Rp 20,89 Triliun

Whats New
Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

Whats New
Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

Whats New
Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

Whats New
PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

Whats New
KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

Whats New
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Whats New
Pengembangan Hub 'Carbon Capture and Storage', Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Pengembangan Hub "Carbon Capture and Storage", Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Whats New
SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

Whats New
Bakal 'Buyback' Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Bakal "Buyback" Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Whats New
Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Whats New
Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Whats New
Home Credit Catat Volume Pembiayaan Rp 2,59 Triliun Sepanjang Kuartal I 2024

Home Credit Catat Volume Pembiayaan Rp 2,59 Triliun Sepanjang Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke