Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berita Populer: Promo Tiket Murah PT KAI hingga Dua Dasawarsa IMF-Indonesia

Dalam rangka menyambut HUT ke-73 Kereta Api pada 28 September 2018, PT Kereta Api Indonesia menghadirkan promo tarif murah bertema #WeekdayLuckyDay. Tema ini merupakan program yang diadakan tiap Selasa dan Rabu dengan jadwal keberangkatan 25 September-10 Oktober 2018.

Dilansir dari situs resmi PT KAI, kai.id, tarif promo ini berlaku untuk semua kelas kereta api, yakni eksekutif-bisnis-ekonomi.

"PT KAI mengalokasikan kursi promo antara 50-70 kursi. Jadi artinya promo akan berlanjut sesuai ketentuan tanggal dan jumlah kursi yang tersedia," ujar Kepala Humas Kereta Api Indonesia, Agus Komarudin, saat dihubungi Kompas.com pada Sabtu (22/9/2018).

Jumlah kursi dengan tarif diskon tersebut tersebar di 29 KA di wilayah kerja Sumatera-Jawa.

Baca selengakapnya: Promo Tiket Murah Kereta Ramaikan HUT ke-73 PT KAI

2. Tak Hanya Venezuela, 5 Negara Ini Pernah Alami Hiperinflasi

Venezuela kini tengah menderita hiperinflasi yang membuat warganya menderita. Menurut Steven Hanke, profesor ekonomi terapan di Johns Hopkins University, AS, kenaikan harga di Venezuela menembus rekor tertinggi baru pada Agustus 2018, yakni 65.000 persen. Hanke merupakan salah satu pakar hiperinflasi terkemuka di dunia.

Mengutip BBC, Sabtu (22/9/2018), di bawah pemerintahan Presiden Nicolas Maduro, inflasi berkisar antara 150 persen per bulan.

Adapun menurut Hanke, hiperinflasi didefinisikan ketika angka inflasi berada di atas 50 persen per bulan dan bertahan lebih dari 30 hari berturut-turut.

Pada November 2016 silam, Venezuela masuk dalam daftar Hanke-Krus World Hyperinflation Table. Kala itu, kenaikan harga mencapai 219 persen per bulan dan naik dua kali lipat setiap 18 hari.

Baca selengakapnya: Tak Hanya Venezuela, 5 Negara Ini Pernah Alami Hiperinflasi

3.  Perlukah Anda Memiliki Kartu Kredit?

Kartu kredit termasuk salah satu produk revolusioner di sektor keuangan puluhan tahun lalu hingga kini di era digital. Kehadiran alat transaksi nontunai berbasis utang telah banyak mengubah gaya hidup masyarakat di seluruh dunia.

Namun sekarang di era digital, fungsi kartu kredit mulai digantikan dengan pembayaran digital tanpa kartu. Tanpa kartu kredit Anda tetap bisa belanja di situs belanja online dan membayar dengan mencicil.

Meskipun begitu kartu kredit tetap memiliki keunggulan karena sifatnya yang fleksibal untuk digunakan memakai kartu. Belum lagi fitur cicilan 0 persen yang masih menjadi daya tarik konsumen untuk memakai kartu kredit hingga saat ini.

Di balik banyak manfaat dan keuntungan yang ditawarkan kartu kredit, alat transaksi nontunai ini sering menjadi sumber masalah besar bagi keuangan seseorang.

Baca selengakapnya: Perlukah Anda Memiliki Kartu Kredit?

4. BCA: Dalam Waktu Dekat, Nasabah Bisa Transaksi Apapun Pakai HP

PT Bank Central Asia Tbk mengisyaratkan untuk merilis fitur pembayaran terbaru yang bisa dilakukan melalui mobile banking dalam waktu dekat. Teknologi yang digunakan untuk fitur atau sistem pembayaran tersebut menggunakan Quick Response (QR) code.

"Dalam waktu dekat, hanya pakai handphone, bisa melakukan pembayaran di manapun. Bukan cuma di kota besar, di mana yang ada internet, itu bisa transaksi," kata Vice President Transaction Banking Product Development BCA Fera Agustina dalam acara Kafe BCA On The Road di Yogyakarta, Sabtu (22/9/2018).

Fera mengungkapkan, meski akan diimplementasikan dalam waktu dekat, BCA tetap menunggu standarisasi sistem pembayaran dengan QR code oleh Bank Indonesia (BI).

Kemungkinan besar, menurut Fera, BI akan segera melaksanakan pilot project standarisasi sistem pembayaran QR code sebelum diterapkan secara penuh.

Baca selengakapnya: BCA: Dalam Waktu Dekat, Nasabah Bisa Transaksi Apapun Pakai HP

5. IMF-Indonesia, Dua Dasawarsa yang Berbeda

Pernahkan Anda menemukan nama Indonesia di buku teks atau jurnal ekonomi? Rasanya jarang. Meskipun ekonomi Indonesia termasuk 20 besar dunia. Rupanya, tidak banyak ekonom dan akademisi yang menganggap penting untuk menulis tentang Indonesia.

Mereka biasanya malah mengingat Indonesia dalam konteks yang kurang menyenangkan: krisis ekonomi.

Sebagai contoh adalah Frederic Mishkin, profesor ekonomi dari Columbia University dan mantan anggota Dewan Gubernur Bank Sentral AS.

Dalam bukunya, dia menggunakan Indonesia sebagai contoh negara yang harus menanggung ongkos mahal akibat kegagalan sistem perbankan.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/24/054100726/berita-populer--promo-tiket-murah-pt-kai-hingga-dua-dasawarsa-imf-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke