Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Iran: Harga Minyak Bisa Lebih Rendah Jika Trump Berhenti 'Ngetweet'

"Pemerintah Trump memasukkan politik ke dalam OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak), serta berusaha untuk memecah belah anggotanya sehingga bisa mengamankan kepentingan mereka sendiri dengan mendapatkan harga yang lebih rendah dan seterusnya," ujar perwakilan OPEC Iran Hossein Kazempour, di Aljazair, Minggu (23/9/2018) waktu setempat.

Dikutip melalui CNBC, OPEC bersama dengan produsen minyak non anggota OPEC pada Januari 2017 membatasi produksi minyak sebagai tanggapan atas melimpahnya pasokan dan harga minyak yang terus menerus turun. Hal tersebut membuat perusahaan-perusahaan energi AS terpukul sehingga meningkatkan keresahan negara pengekspor.

Trump telah beberapa kali mengritik OPEC sebagai penyebab dari apa yang dia sebut inflasi harga minyak yang disengaja. Presiden AS menyebut OPEC telah memonopoli dan meminta untuk segera menurunkan kembali harga minyak.

Namun, OPEC membantah tuduhan Trump, sebab tujuan utama dari pembatasan produksi adalah untuk menyeimbangkan dan menstabilkan pasar.

"Saya pikir apa yang mereka lakukan sebenarnya (membuat) harga lebih tinggi karena fundamentalnya bahkan tidak menjamin tingkat harga ini," kata Kazempor.

"Jika mereka diam, harga (minyak mentah) mungkin bisa lebih murah, saya yakin akan hal itu. Saya minta dia (Trump) untuk diam dan tidak mengunggah tweet apapun, dan Anda akan mendapatkan harga (minyak) yang lebih baik," tambah dia.

OPEC sedang berada dalam tekanan untuk meningkatkan output di tengah turunnya pasokan dalam jumlah tajam oleh beberapa eksportir terbesarnya.

Salah satunya Venezuela, yang produksi minyaknya turun drastis lantaran krisis ekonomi yang semakin dalam sekaligus sanksi tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat.

Selain itu juga Iran, yang menjadi target dari beberapa sanksi AS. AS menargetkan industri minyak Iran sejak Presiden Trump memutuskan untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran yang ada sejak tahun 2015.

Sanksi yang pertama sudah dikenakan, dan sanksi lainnya akan diberikan pda bulan November mendatang. Pemeritah AS telah memberikan peringatan kepada perusahaan-perusahaan yang membeli minyak mentah dari Iran untuk menghentikan impor mereka di awal bulan November.

Eropa pun telah berusaha untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir tersebut dan memohon AS untuk melakukan pembebasan sanksi dari industri tertentu seperti keuangan dan energi. Tetapi Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin menolah permohonan itu, mengatakan sanksi tersebut bertujuan untuk memakasimalkan tekanan ekonomi terhadap Iran.

Kazempor mengatakan, tekanan politis yang diberikan AS kepada Iran dan OPEC tidak bisa diterima begitu saja.

"Saya pikir mereka tidak berusaha untuk menghancurkan Iran. Mereka berusaha untuk merubah perilaku Iran untuk isu-isu yang tidak berkaitan dengan minyak. Memanfaatkan minyak serta menggunakan politik untuk melawan OPEC hanyak untuk kepentingan individu tertentu adalah sesuatu yang tidak bisa diterima. Bukan hanya oleh Iran, tetapi juga pihak lain," ujar Kazempour.


https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/24/070300026/iran--harga-minyak-bisa-lebih-rendah-jika-trump-berhenti-ngetweet-

Terkini Lainnya

Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Whats New
Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Whats New
Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke