Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

OECD Kritik Stagnasi Upah di Negara Maju

LONDON, KOMPAS.com - Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperingatkan bahwa kenaikan upah terjadi secara lambat untuk merefleksikan perkembangan terkini di pasar tenaga kerja. Kondisi ini terjadi di 35 negara industri yang menjadi anggota OECD.

Dikutip dari Deutsche Welle, Jumat (28/9/2018), para periset OECD mencatat bahwa tingkat pengangguran di sebagian besar negara anggota kini berada di bawah atau hampir mencapai level sebelum dimulainya krisis keuangan global tahun 2007-2008. 

"Tingkat pengangguran di antara negara-negara anggota diprediksi mencapai 5,3 persen pada akhir tahun 2018 dan 5,1 persen di tahun berikutnya," tulis OECD dalam laporannya.

Meskipun demikian, pertumbuhan upah nominal pada kuartal IV 2017 tercatat hanya mencapai 3,2 persen. Ini dibandingkan pertumbuhan sebesar 5,8 persen pada kuartal II tahun sebelumnya. 

OECD menyatakan, biasanya dalam skenario pengangguran rendah, tidak banyak pekerja bersaing untuk posisi yang lowong. Artinya, perusahaan kerap kali harus menaikkan upah untuk memikat karyawan potensial. 

Menurut OECD, stagnasi upah lebih berdampak kepada para pekerja bergaji rendah maupun menengah ketimbang yang bergaji tinggi. OECD juga memperingatkan bahwa perlambatan ini dapat memicu mengikis keyakinan publik. 

Para periset OECD menekankan bahwa perusahaan teknologi memberikan kontribusi cukup besar dalam menurunkan upah rata-rata di antara negara-negara anggota OECD. Mereka menyatakan, karyawan di perusahaan-perusahaan teknologi biasanya tidak memperoleh manfaat yang cukup dari lonjakan produktivitas, lantaran perusahaan teknologi lebih banyak memberikan manfaat kepada investor. 

OECD mendorong adanya sistem penawaran kolektif dan terkoordinir dengan mitra-mitra sosial dan lembaga mediasi yang kuat dan teregulasi.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/28/084657626/oecd-kritik-stagnasi-upah-di-negara-maju

Terkini Lainnya

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Whats New
Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke