BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan SKK Migas
Salin Artikel

Mengembalikan Predikat Raja Minyak di Tanah Air…

KOMPAS.com – Gemah ripah loh jinawi. Kalimat itu acap kali dipakai untuk menggambarkan kekayaan alam Indonesia. Wilayah subur dan sejahtera, itulah lebih kurang makna dari ungkapan berbahasa Jawa tersebut.

Atribusi di atas tidak terkecuali berlaku pula untuk sektor minyak dan gas (migas). Namun, kenangan manis itu kini sekadar nostalgia. Dahulu Indonesia menjadi ladang subur produksi migas, sekarang faktanya berbalik.

Produksi migas Indonesia melandai, sedangkan konsumsi semakin melejit. Bahkan, sebagai dampak kondisi tersebut, Indonesia telah menyandang status net importer minyak sejak 2004 silam.

Sedikit beruntung, Indonesia saat ini belum sampai menjadi net importer gas. Namun, melihat tren kebutuhan gas yang semakin banyak, kita perlu waspada atas potensi itu.

Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan, jumlah produksi gas pada 2010 masih sebesar 8.867 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

Akan tetapi, per 2017 angkanya telah merosot jadi 6.621 MMSCFD. Sementara itu, konsumsi gas setiap tahunnya mengalami peningkatan dan mencapai 3.880 MMSCFD pada 2017 lalu.

Lebih kronis lagi, mengacu proyeksi Dewan Energi Nasional yang ditetapkan 2017 dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemakaian gas di Indonesia bisa mencapai rata-rata 26 miliar MMSCFD pada 2050.

Kebutuhan itu melonjak nyaris tiga kali lipat dibandingkan proyeksi 2025 yang sebesar 9,5 miliar MMSCFD.

Berkaca dari kebutuhan migas Tanah Air, diperlukan upaya ekstra untuk mengembalikan kejayaan migas. Bila tidak, bukan mustahil industri migas kita menjadi kelam.

Tersadar atas krusialnya membangkitkan predikat Raja Migas di Indonesia, SKK Migas sebagai pihak yang berperan di sektor hulu migas berupaya melaksanakan sejumlah hal.

Contohnya, melalui peningkatan produksi dan cadangan migas. Investasi menjadi kunci agar hal tersebut dapat terwujud.

Riset Ease of Doing Business 2018 oleh World Bank menyatakan, posisi Indonesia secara global dalam kemudahan berusaha berada di urutan ke-72 dari sebelumnya ke-91.

Negara ini tak kalah dari negara Asia Tenggara lainnya, antara lain Filipina di urutan ke-113, Kamboja (135), maupun Myanmar (171). Bahkan, Indonesia unggul dari negara China (78) dan India (100).

Menurut Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, peningkatan investasi hulu migas sedemikian penting. Sebab, industri itu diprediksi masih menjadi penopang kebutuhan energi Indonesia untuk puluhan tahun ke depan.

Hal senada turut diungkapkan Presiden Indonesian Potreleum Association (IPA) Ronald Gunawan dalam pidato pembukaan Konvensi dan Pameran IPA 2018, Mei lalu.

“RUEN sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 menetapkan target porsi migas pada 2050 adalah 44 persen dari total energi nasional,” ujar Ronald, sebagaimana dikutip Kompas.com, Rabu (2/5/2018).

Tentu saja, dengan upaya peningkatan investasi hulu migas itu sebuah harapan besar akan muncul, bahwa kelak mahkota kejayaan migas bisa kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Semoga...

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/16/085900526/mengembalikan-predikat-raja-minyak-di-tanah-air-

Terkini Lainnya

J&T Cargo Beri 3 Kemudahan Layanan Logistik untuk Pelaku Bisnis

J&T Cargo Beri 3 Kemudahan Layanan Logistik untuk Pelaku Bisnis

Whats New
Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Whats New
Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Whats New
Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Whats New
Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Whats New
Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Target Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Target Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Whats New
Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Whats New
Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Whats New
Proyek Perpanjangan Kereta Cepat Sampai ke Surabaya Belum Jadi PSN, Ini Kata Kemenhub

Proyek Perpanjangan Kereta Cepat Sampai ke Surabaya Belum Jadi PSN, Ini Kata Kemenhub

Whats New
Konsumsi Lemah, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terkontraksi

Konsumsi Lemah, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terkontraksi

Whats New
Catat, Ini Jadwal Seleksi Sekolah Kedinasan 2024

Catat, Ini Jadwal Seleksi Sekolah Kedinasan 2024

Whats New
Semen Padang Dapat Pengakuan UNESCO, Erick Thohir: BUMN Tulang Punggung Ekonomi

Semen Padang Dapat Pengakuan UNESCO, Erick Thohir: BUMN Tulang Punggung Ekonomi

Whats New
Alfamidi Berencana Membagikan Dividen Rp 155,47 Miliar

Alfamidi Berencana Membagikan Dividen Rp 155,47 Miliar

Whats New
Target Peserta Kartu Prakerja 2024 Tembus 75 Persen, Anggaran Bakal Ditambah?

Target Peserta Kartu Prakerja 2024 Tembus 75 Persen, Anggaran Bakal Ditambah?

Whats New
Cara Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Cara Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Whats New
Bagikan artikel ini melalui
Oke