Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berdayakan 1.000 Perempuan dengan Jahe Merah, Begini Caranya

 
JAKARTA, KOMPAS.com - Pemberdayaan perempuan yang menjadi agenda penting Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui pembangunan berkelanjutan (SDG) menjadi salah satu dasar kerja sama antara Asia Pulp and Paper (APP) Sinar Mas dan Martha Tilaar Group (MTG).

Pada sebuah diskusi mengenai SDG, Rabu (17/10/2018), Director of Sustainability and Stakeholders Engagement APP Sinar Mas Elim Sritaba mengatakan bahwa pihaknya meneken kerja sama pemberdayaan 1.000 perempuan dengan Martha Tilaar Group (MTG).

Bentuk kerja sama tersebut berada dalam Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA). DMPA sudah diimplementasikan mulai dua tahun terakhir oleh APP Sinar Mas.

"Jika kebutuhan ekonomi terpenuhi dan masyarakat mempunyai edukasi yang cukup, kelestarian hutan di sekitar dapat terlindungi," kata Elim Sritaba.

Pada praktiknya, di bawah progam DMPA, MTG akan membagikan keahlian dalam hal indentifikasi, pelestarian, dan pemanfaatan tanaman herbal.

"Program ini namanya Kampung Djamoe Organik (KaDO)," imbuh Vice Chairman MTG Wulan Tilaar dalam kesempatan itu.

Jahe merah

KaDO bakal dimulai pada 2019. Program ini kemudian berlanjut selama dua tahun ke depan.

Sementara itu, catatan dari Head of CSR MTG Heru D Wardhana menjawab pertanyaan Kompas.com menunjukkan program pemberdayaan meliputi lima provinsi yakni Jambi, Sumatra Selatan, Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur.

"Kegiatan melibatkan Kelompok Wanita Tani (KWT)," tuturnya.

Heru menerangkan, tanaman jahe merah termasuk tanaman empon-empon yang dimanfaatkan oleh industri jamu, kosmetik, maupun makanan di Indonesia.

"Kami juga memanfaatkan jahe. Khususnya jahe lokal," ujar Heru.

Komunitas

Namun demikian, pemberdayaan perempuan dimaksud, terang Heru, lebih mengupayakan pemanfaatan jahe merah dan produk berbasis jahe merah untuk komunitas itu sendiri.

Menurut Heru, komunitas di sekitar lahan konsesi APP Sinar Mas melibatkan banyak orang. Maka dari itulah, komunitas menjadi pilihan pemberdayaan agar kesejahteraan anggota di dalamnya makin meningkat.

"Kami membantu agar masyarakat di komunitas bisa mengkonsumsi produk-produk mereka sendiri," terang Heru seraya menambahkan bahwa produk berbasis jahe yang bisa dikembangkan antara lain penganan berbasis jahe.

Seturut pengalaman Heru, rerata edukasi pemberdayaan bisa menghabiskan waktu setahun. "Itu termasuk memberi pelatihan hingga membantu memasarkan produk-produk," tambahnya.

Termasuk di dalam pemberdayaan adalah pengelolaan tanaman jahe hingga layak memenuhi kriteria industri. Tanaman jahe berkualitas, sudah barang tentu akan memiliki harga bersaing.

"Industri mau membeli jahe berkualitas di atas harga pasar," katanya lagi.

Sebagai gambaran, lanjut Heru, harga jahe per kilogram untuk kualitas ekspor bisa mencapai Rp 15.000. "Industri bisa membeli lebih dari itu. Bisa Rp 20.000 atau Rp 25.000," katanya.

Panen jahe rata-rata berlangsung 10 bulan sekali. Sementara, menurut penjelasan Heru, satu hektar lahan bisa menghasilkan 40 ton jahe sekali panen.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/17/212700826/berdayakan-1.000-perempuan-dengan-jahe-merah-begini-caranya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke