Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Masih Banyak Masyarakat Belum Percaya Mitra Disabilitas Go-Life

JAKARTA, KOMPAS.com - Go-Life, salah satu fitur layanan on-demand milik Go-Jek memiliki ratusan mitra penyandang disabilitas. VP Marketing Go-Life Yuanita Agata mengakui ada sejumlah tantangan yang mereka hadapi dalam menggandeng mitranya tersebut.

Tantangan bukan pada mitranya sendiri, melainkan penerimaan masyarakat pada mitra disabilitas. Ternyata, belum semua pelanggan memercayai mereka dalam memberi pelayanan.

"Kita lihat masyarakat belum memberi kepercayaan atau ragu apakah mereka bisa memberikan melayanan yang bagus atau setara dengan mitra lainnya," ujar Yuanita di Jakarta, Kamis (18/10/2018).

Yuanita mengatakan, meski sedikit, namun ada konsumen yang membatalkan pesanan begitu tahu bahwa mitra tersebut memiliki kekurangan.

"Dua dari tiga order yang diterima (mitra penyandang) disabilitas, di-cancel konsumen secara sepihak," lanjut dia.

Padahal, ia berani menjamin, meski memiliki kekurangan, mitra tersebut punya kemampuan yang sama baiknya. Sebab, seluruh mitra Go-Life, baik itu Go-Massage, Go-Auto, maupun Go-Daily sudah menjalani pelatihan sebelum terjun bekerja.

Pelatihan biasanya dilakukan dalam satu atau dua minggu.

"Proses pendaftaran dan pelatihannya sama dnegan mitra lainnya. Kalau training tergantung kondisi (berapa lama)," kata Yuanita.

Tantangan lainnya yakni memperkenalkan mitra tersebut dengan teknologi. Misalnya, pada tuna netra diperkenalkan aplikasi khusus yang bisa mengubah tulisan menjadi suara.

Sehingga saat dia mendapat order, maka catatan pelanggan beserta alamatnya bisa didengar dengan aplikasi tersebut. Kemudian mitra bisa mendatangi pelanggan dengan naik kendaraan umum ataupun minta diantar pendampingnya.

Jika teknologi sudah dikuasai, maka tak ada lagi halangan mitra disabilitas untuk melayani masyarakat.

"Dengan semangat kami meningkatkan kesejahteraan, kami mengajak mereka meningkatkan percaya diri. Kekurangan bukan halangan tapi jadikan semangat untuk berkarya," ujar Yuanita.

Go-Life bekerja sama dengan Thisable Enterprise, pusat pemberdayaan ekonomi kreatif bagi penyandang disabilitas. Angkie Yudistia, pendiri Thisable Enterprise mengatakan, mereka mendorong kaum disabilitas untuk mapan secara ekonomi.

Sebab, tak sedikit penyandang disabilitas yang tak memiliki pekerjaan dan tidak bisa menghasilkan uang. Padahal, sebagian besar dari mereka masih di usia produktif.

Angkie mengaku mulanya kesulitan menyalurkan penyandang disabilitas dalam dunia profesional. Dalam riset yang dilakukan, ternyata mayoritas dari mereka menguasai keahlian vokasi ketimbang profesional.

Sebab, sebagian dari mereka mengikuti kursus atau pelatihan khusus, seperti kursus pijat untuk tunanetra.

"Walau terbatas fisiknya tapi mampu mengeksplor kemampuan. Lalu kami lihat Go-Life ini cocok," kata Angkie.

Bermula dari empat orang, kemudian jumah penyandang disabiltas terus bertambah menjadi mitra Go-Life. Tak hanya di Jabodetabek, tapi tersebar di daerah lain.

Dari segi pendapatan pun tak jauh beda dengan mitra lainnya. Dalam sebulan, mereka bisa mendapat Rp 4 juta-6 juta per bulan. Dengan lahan pekerjaan yang ramah disabilitas ini, kata Angkie, mereka kini mampu menggapai mimpi.

"Ada mitra yang bilang, akhirnya saya bisa menikah. Atau ada teman yang sudah berkeluarga, akhirnya bisa bawa pulang sesuatu ke rumah," ucap Angkie.

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/18/151500626/masih-banyak-masyarakat-belum-percaya-mitra-disabilitas-go-life

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke